Masih tentang muhasabah 13 tahun pernikahan. Setiap saya mengingat
pernikahan kami, saya selalu trenyuh dengan para orangtua kami. Abah dan almh.
Mamah saya, dan Bapak Ibu mertua yang sudah lebih dahulu menikahkan 2 kakak
tertua suami, juga di usia dini. Para orangtua kami yang benar-benar mengikuti
perintah Allah
وَأَنْكِحُوا
الْأَيَامَىٰ مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِنْ
يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui..[An-Nur/24:32 ].
Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui..[An-Nur/24:32 ].
Dan, para orangtua kami
yakin benar dengan hadits Rasulullah,
ثَلَاثَةٌ
حَقٌّ عَلَى اللهِ تَعَالَى عَوْنُهُمْ : الْمُجَاهِدُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَ
الْمُكَاتَبُ الَّذِيْ يُرِيْدُ الْأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِيْ يُرِيْدُ
الْعَفَافَ
"Ada tiga golongan, Allah mewajibkan atas Dzatnya untuk membantunya: (yaitu) Orang yang berjihad di jalan Allah, orang yang menikah untuk menjaga kehormatan diri dan budak yang berusaha membeli dirinya sendiri hingga menjadi orang merdeka ". [HR. Ahmad, at-Tirmidzi dll. Lihat Shahihul Jami' no. 3050]
"Ada tiga golongan, Allah mewajibkan atas Dzatnya untuk membantunya: (yaitu) Orang yang berjihad di jalan Allah, orang yang menikah untuk menjaga kehormatan diri dan budak yang berusaha membeli dirinya sendiri hingga menjadi orang merdeka ". [HR. Ahmad, at-Tirmidzi dll. Lihat Shahihul Jami' no. 3050]
Menikahkan para muda saat ini, bukanlah hal mudah.
Tuntutan para orangtua terhadap kemapanan calon mantu atau anak mereka sendiri
menjadi salah satu alasan para pemuda sholih dan sholihah belum
mensosialisasikan rencana menikah mereka, atau menunda-nunda karena khawatir
ketemu calon mertua namun terlanjur memberi PHP pada calon belahan jiwa ,
akibatnya? Pacaran bertajuk pacaran Islami, pacaran meski tak berinteraksi
fisik, atau ‘cinta dalam diam’ pun terjadi. Duh..
Untuk itulah, setiap kami mengingat jasa orangtua kami
diawal-awal menikah hingga saat ini, rasanya salah satu yang menjadi sebab
keberkahan pernikahan kami adalah keikhlasan mereka menikahkan kami dengan
penuh kepercayaan dan ketawakkalan akan jaminan rezeki dari Allah untuk
kleuarga anak-anaknya.
Keberanian para orangtua kami bukan hanya karena mereka
paham bahwa tidak ada ‘pacaran’ dalam tuntunan agama ini. Juga, bukti bahwa pengaruh dakwah keluarga begitu memegang
peranan penting dalam keluarga besar kami. Saya mencoba membuat poin-poin pelajaran
dari ‘keberanian’ orangtua kami dalam menghantarkan putra putrinya menikah di
usia muda,
1Keikhlasan
Banyak pasangan muda seusia saya saat itu (13 tahun lalu) yang terpaksa meniti ‘karier’ pacaran begitu lama karena orangtua mereka menuntut anak-anak mereka sukses berkarier, menunda pernikahan, bahkan mensyaratkan beberapa ‘balas budi’ terhadap para orangtua jika memang ingin menikah muda. Saya heran saat mendengar curhatan-curhatan mereka. Apakah orangtua saya tidak ingin saya berkarier tinggi , nikah setelah lulus kuliah dulu dan bekerja? Sempat, tapi tidak lama. Abah saya bahkan pernah menjodohkan saya saat saya usia 20 th. Hihi. Tapi saat itu saya yang menolak, karena si calon meminta saya untuk berhenti kuliah dan mengikuti beliau. OOOh noo. Bagi saya menikah muda, tidak boleh meninggalkan hak orangtua atas saya : menyelesaikan kuliah.
Maka, pelajaran yang saya ambil, orangtua kami
berdua sangat ikhlas mendidik kami, membiayai kuliah kami, tanpa meminta ‘balas
jasa’ dan syarat saat jodoh kami sudah datang. Satu hal yang ditanyakan Abah
saya sekali saja saat ‘berproses’ akan menikah ; “Terus gimana nulis bukunya? “
Jawab saya “ Insya Allah aku tetep nulis buku Bah, bahkan mungkin bisa lebih
produktif nulis” hehe
2Kepercayaan
Hal lain yang saya syukuri saat kami berdua
mengutarakan niat menikah adalah kepercayaan orangtua pada keputusan kami.
Orangtua menghargai proses ‘pencarian dan perjodohan’ kami yang tidak mengenal
pacaran. Mereka sangat percaya dengan kesungguhan kami untuk meniti biduk
rumahtangga yang mandiri di usia muda. Kepercayaan itu dibuktikan dengan tidak
menuntut dan mempersulit kriteria
pasangan hidup kami. Asal nasabnya baik, paham agama dan bertanggungjawab.
Bahkan, ayah saya nggak nanya detil lho calon saya ‘kerja’ apa buat menafkahi
anak gadisnya ini
Disinilah kami justru sangat menjaga amanah itu hingga
saat ini. Kami tidak ingin menampakkan apa-apa yang sekiranya menggelisahkan
orangtua. Bahkan, biaya kuliah semester akhir pun saya nggak mau lagi dibayarin
ayahanda karena sudah menjadi tanggungjawab suami doong.
3Support Finansial
Ini poin yang sering menjadi masalah bagi para
pemuda untuk menikah. Kami pun mengalaminya. Menikah disaat masih sama-sama
kuliah, apalagi suami kuliah di negri orang, bukan perkara mudah. Disinilah
saya melihat pelajaran besar dari bapak ibu mertua dan kakak-kakak ipar saya
dalam menjaga izzah anak lelakinya hehe. Diawal menikah, biasanya bapak ibu
mertua kami mensupport beberapa kebutuhan menadasr misal mengontrak rumah dan
sebagainya. Itupun kami kembalikan dari gaji kami setelah kami ‘cukup ‘ hehe.
Keren.
Orangtua sebenarnya memiliki kewajiban untuk
mensuppot anak-anaknya sampai mereka cukup untuk mandiri, tentu dengan beberapa
unsur mendidik dan menumbuhkan tanggungjawab.
4Menghargai Rumahtangga Anak-anak
Orangtua kami sangat menghargai izzah kami,
meskipun selalu siap pula untuk membantu dan memberikan masukan. Justru dengan
sikap itulah saya dan suami selalu ingin membuat mereka ridho dan bahagia.
Sekecil apapun, kami mengabarkan kabar gembira, meminta pertimbangan mereka.
Begitulah, orangtua-orangtua pemberani yang telah
menunaikan kewajiban- kewajiban mereka dengan tulus, ikhlas untuk kami. Semoga
Allah memuliakan mereka di Jannah-Nya kelak,aamiin