Sabtu, 04 Februari 2017

Satu Jam yang Menyemangati, bersama Dr. Salim Segaf Al Jufri :
Teruslah Berkhidmat, dan Terus “Memenangkan /Menolong” Allah


Kemarin pagi, suami dan anak lelaki saya kemasjid untuk subuhan. Agak lebih lama dari biasa. Sesampainya di rumah , suami bilang “Malah ketemu Dr. Salim tadi di Assegaf (masjid jami’ di daerah Pasarkliwon, Solo). “Wah, Subhanallah. Aku baru mbatin, kalau pas ada khaul ustadz Salim mesti ke Solo. Gek kapan ketemu lagi sama beliau” tanggap saya sambil menyiapkan wedangan pagi. Terakhir mendengar taujih beliau saat menjelang Pilkada Solo . Dan pagi itu semua berjalan dengan kesibukan akhir pekan yang ternyata ‘padat’.
Tapi, mungkin saya GR sama Allah. Batin saya kemarin dikabulkan. Hehhe , sore kemarin,tanpa disangka saya dan beberapa ibu berkesempatan untuk silaturahim kerumah mertua Dr. Salim, dan bertemu dengan istri beliau, Ibu Zaenab . Bagi saya, bertemu dengan para Ustadz adalah rezeki karena Insya Allah akan mendapat tambahan ilmu. Makanya saya ‘perjuangkan’ apalagi ini dekeeet sekali dari rumah kami. Dalam suasana setelah hujan, kami berlima berkunjung ke rumah yang adem,luas, dengan aroma wangi khas rumah penduduk keturunan Arab yang memang banyak menghuni kecamatan kami, Pasarkliwon, Solo. Kebetulan, saya tinggal di kecamatan yang sama, tapi Subhanallah ya baru sore itu bisa ditakdirkan Allah bertemu dengan ibu Zaenab yang asli Solo. Kami pun disambut dengan ramah.
Karena Dr. Salim masih menjamu satu tamu diserambi, maka kami berlima ngobrol dengan ibu Zaenab ditempat yang tak jauh dari serambi depan. Karena ruangannya tidak bersekat, saya langsung dapat melihat bagaimana ustadz Salim yang selama ini hanya bisa say abaca dari tulisan-tulisan ikhwah lain. Saya saksikan betapa beliau melayani tamu dengan tenang, tidak banyak memotong pembicaraan.
Ketawadhukan lain yang saya saksikan adalah ketika tiba-tiba ada seseorang yang dengan pakaian sederhana, masuk dengan membawa surat (seemacam permohonan bantuan), menyampaikan hal nya, dan bersiap untuk duduk dilantai, ustadz Salim mengisyaratkan untuk duduk di kursi disebelah beliau “Jangan dibawah, ndak usah duduk bawah.Disini saja” kata beliau mempersilakan si Bapak tadi duduk disamping beliau. 
Lalu sang Tamu ditanya rumahnya dan sebagainya. Istri beliau segera masuk, mengambilkan sejumlah uang untuk sumbangan (mungkin sudah reflek ya hehe, istri mantan mensos) dan banyak gesture beliau yang walau hanya sekilas saya saksikan sebagai seorang Ustadz yang Tawadhu’ namun tegas. Istri beliau pun, adalah wanita ramah yang dengan gaya khas Solo dan keturunan Arab,komunikatif dan sangat menghormati tamu, membuat kami enjoy mengobrol. Saat ditanya “Ibu, apa resepnya ni mendampingi Ustadz yang sibuk dan amanahnya banyak. “ beliau menjawab dengan bergurau “ Ya kita ini kan ma’mum. Tinggal imamnya, kalau imamnya lurus, baik yang kita ikuti. Makmum juga akan lurus”
Tibalah giliran Dr. Salim menemui kami, bertanya kabar, menanyakan perkembangan dakwah di Solo. Lalu beliau sampaikan ‘taujih’ sore yang saya simak seksama (semoga tidak banyak tercecer) . Diantara poin yang Beliau sampaikan (judul poinnya saya buat macam poin rangkuman )

1. Berkhidmat tiada henti, Menghubungkan Kebaikan-kebaikan
“ Kita harus jadikan berkhidmat untuk rakyat, bukan sekedar tagline. Berkhidmat artinya melayani dengan sepenuh hati. Bagaimana dengan pelayanan yang terus menerus rakyat akan mengerti, mana yang mencintai mereka. Kalau masalah memenangkan partai, harus itu sudah wajar menjadi sebuah target. Sebuah partai kalau mau memimpin ya harus menang. Tapi melayani adalah kewajiban kita, terus menerus.” Beliau melanjutkan,

“ Banyak yang menganggap bahwa berkhidmat selalu berhubungan dengan fundrising, dana yang besar. Tidak harus. Coba kalau para ikhwan tiap waktu-waktu sholat bukakan pintu masjid, adzan, ngimami, itu khidmat. Para akhwat, ummahat, setiap hari berkeliling, masuk kerumah tetangga, lihat siapa yang sakit, siapa yang butuh kita sambungkan dengan pihak yang bisa membantu, itu khidmat, tidak perlu nunggu dana. Lagi, katakanlah dari 50-100 KK, pasti ada sekitar 7-10 yang dibawah kemiskinan, saya rasa orannag-orang yang mampu di kampong itu mau dan bisa menyisakan satu piring jatah nasi dan lauk untuk tetangganya, hanya saja butuh orang-orang yang mau ngantar, mau menjadi penghubung. Itu tugas kita. “ Sampai di poin ini saya merasa berdesir (mau mewek malu ). Betapa kebaikan itu simple sebenarnya.
Ya, kemenangan harus lahir dari rakyat yang mencintai kita, begitu yang saya simpulkan.

2. Intanshurullaha Yanshurkum; Apakah Allah Perlu Pertolongan?! Bagaimanan ‘ Memenangkan’ Allah
Poin taujih lain yang menyemangati saya sore kemarin adalah ketika Ustadz Dr. Salim Segaf memantik satu tema , “ Bagaimana kita memaknai Intanshurullaha yanshurkum ukhty? Saat ditanya apa maksudnya menolong Allah? Memenangkan Allah? Pasti kita sama yakin, dan memang betul ALLAH tidak perlu pertolongan kita, Allah Maha Penolong, Allah tidak perlu kita ‘menangkan’, ALLAH Pemilik Kemenangan. Lalu apa maknanya? “ Beliau melanjutkan,kurang lebih begini,

“Maka tafsir yang benar adalah bahwa Allah memang tidak memerlukan pertolongan kita. Namun dalam semua amal dakwah, berkhidmat, melayani umat, mendapatkan karunia jabatan, keberhasilan, kiat harus tetap ‘memenangkan’ Allah bukan hawa nafsu kita. Bukan karena kita, bukan untuk kita. Memenangkan Allah saatkita memilih antara Allah dan hawa nafsu kita, tetap Memenangkan Allah saat kita memilih antara Allah dan kepentingan lain. Jika sudah benar-benar kita bersungguh-sungguh dalam upaya memenangkan Allah, menolong Allah, maka PASTI kemenangan itu datang, pasti Allah menolong kita dengan pertolongan-Nya. ”
Di poin ini saya bergetar. Ini tentang orientasi dan keikhlasan yang terus menerus dibersihkan. Kesimpulan saya yang dhoif ini, memenangkan Allah, ‘menolong’ Allah bukan melulu tentang dakwah dan pihak yang memusuhi Allah dan Rasul secara nyata dan terang-terangan. Justru yang sangat berat adalah memenangkan Allah saat kita memilki orientasi lain, tergoda dngan orientasi selain Allah, disaat kita memiliki kesempatan dan fasilitas untuk disorientasi. Maka ayat ini begitu memotivasi dan bagi saya menyuntikkan optimism “SUNGGUH jika engkau menolong Allah ,maka (SANGAT PASTI) Allah akan menolongmu, dan MENEGUHKAN kedudukanmu”QS. Muhammad : 7 . Masya Allah semoga Allah karuniakan orientasi yang lurus, dan keikhlasan yang terus kita perbaiki, hingga akhir hayat. Aamiin
Masih ada beberapa poin taujih yang menyemangati, namun nampaknya tidak bisa saya share dalam satu tulisan. Satu jam pastilah tidak cukup untuk menggali inspirasi dari para Ustadz. Semoga Allah memberi para asatidz, para ulama, para da’I kesehatan…hingga kita bisa selalu menggali ilmu dan inspirasi dari para pembawa misi kenabian.
Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar