Aku masih ingat masa kecil sepulang sekolah atau sambil main di restoran mamaku aku menantikan Ayahbunda edisi terbaru datang , aku langsung membaca bonus anak BUNCIL. Ada cerita si Tongki bebek, Keluarga Sayur, Koko dan Moni yang suka usil dan Moko yang baik hati, juga ceita bergambar serta pelajaran-pelajaran sambil bermain yang kini banyak didapat di PAUD.
Meskipun kala itu tampilan Ayahbunda masih sederhana, namun jika kubaca lagi saat ini aku salut bahwa di tahun 80’an, Ayahbunda sudah memperkenalkan banyak ilmu pengasuhan anak yang bermanfaat.
Begitulah, Ayahbunda menjadi bacaan kami. Mungkin saat kecil kami ( saya dan dua adikku) hanya menikmati bonus anak Buncil. Tapi seiring waktu aku mulai membaca banyak pengetahuan tentang tumbuh kembang anak, psikologi, bahkan cerita bersambung novel Totto Chan pun kutemukan di Ayahbunda edisi ‘jadul ‘ itu. Uniknya, booklet kecil berisi panduan untuk orangtua yang berisi apa yang harus dilakukan orangtua saat mendampingi anak-anak membaca Buncil. Keren khan?
Begitulah, Ayahbunda menjadi bacaan kami. Mungkin saat kecil kami ( saya dan dua adikku) hanya menikmati bonus anak Buncil. Tapi seiring waktu aku mulai membaca banyak pengetahuan tentang tumbuh kembang anak, psikologi, bahkan cerita bersambung novel Totto Chan pun kutemukan di Ayahbunda edisi ‘jadul ‘ itu. Uniknya, booklet kecil berisi panduan untuk orangtua yang berisi apa yang harus dilakukan orangtua saat mendampingi anak-anak membaca Buncil. Keren khan?
Lomba dan Kompetisi Kreatif Sudah diperkenalkan Ayahbunda sejak dulu lhoo.Seperti yang ini nih Lomba Resep Makanan Bayi tahun1986! Keren khan?? |
Kenanganku bersama mama dan Ayahbunda tak pernah terlupa. Aku ingat sekali, saat usiaku enam tahun.Tepatnya di tahun 1986.Aku berjingkrak melihat foto mama terpampang disalah satu edisi Ayahbunda. Foto 10 Finalis Lomba Resep Makanan Bayi. Menemani mama ke Jakarta dimasa kecil saat itu begitu berkesan. Aku lupa di gedung mana event itu tapi aku masih sangat ingat mama naik kepanggung, bersama para finalis yang lain. Meskipun tak menjadi juaranya namun mama begitu bahagia. Dikemudian hari, resep makanan ciptaan beliau dari aneka kacang-kacangan ini beliau kembangkan dan beliau ujicobakan pada beberapa bayi prematur disekitar kami yang mengalami kelambatan tumbuh kembang
Tiga dari 4 anakku masih bisa "menikmati" Bundel tua Ayahbunda yang dijilid mulai edisi tahun 1984! |
Majalah Ayahbunda ‘warisan’mama selalu menjadi bacaan yang menyenangkan. Saat aku menginjak SMP aku suka sekali kolom ‘Opini Anak’.Kolom ini kreatif dan unik. Berisi tentang pendapat anak-anak tentang tema-tema tertentu. Kolom ini menurutku sangat mencerdaskan karena melatih anak-anak usia SD kelas empat sampai enam mengemukakan pendapat. Tema-temanya pun unik. Misal tentang apakah mereka senang dengan nama pemberian orangtua, atau apa alasan mereka menyukai pelajaran favoritnya. Sekali lagi, di tahun 1980-an pun Ayahbunda telah memiliki ide cerdas dan lengkap mengemas kebutuhan wawasan keluarga.
Waktu terus berjalan, Ayahbunda ‘warisan’ mama itu setia menemaniku sejak awal menikah. Bundel majalah Ayahbunda tua itu memberiku bekal bahkan sebelum aku melahirkan anak-anakku. Secara isi bahkan tak jauh berbeda dengan majalah tumbuh kembang saat ini. Tapi aku begitu bangga setiap kali membaca bundel Ayahbunda ‘tua’ itu. Ada kenangan tentang mamah,seorang ibu yang bersemangat belajar,dan betapa mama begitu telaten mengumpulkan majalah yang tergolong ‘mewah’ di masa kecilku. Bundel tua ayahbunda itu memberiku pelajaran bahwa mengasuh dan mendidik anak tidak bisa semaunya. Bundel tua ayahbunda itu mengingatkanku pada semangat almarhumah mamaku mengasuh kami.
Waktu terus berjalan, Ayahbunda ‘warisan’ mama itu setia menemaniku sejak awal menikah. Bundel majalah Ayahbunda tua itu memberiku bekal bahkan sebelum aku melahirkan anak-anakku. Secara isi bahkan tak jauh berbeda dengan majalah tumbuh kembang saat ini. Tapi aku begitu bangga setiap kali membaca bundel Ayahbunda ‘tua’ itu. Ada kenangan tentang mamah,seorang ibu yang bersemangat belajar,dan betapa mama begitu telaten mengumpulkan majalah yang tergolong ‘mewah’ di masa kecilku. Bundel tua ayahbunda itu memberiku pelajaran bahwa mengasuh dan mendidik anak tidak bisa semaunya. Bundel tua ayahbunda itu mengingatkanku pada semangat almarhumah mamaku mengasuh kami.
Kini aku telah memiliki empat orang anak yang lucu, sehat dan cerdas. Memang aku tak lagi berlangganan edisi cetak Ayahbunda karena zaman ‘online’ telah memudahkan segalanya. Sambil mengasuh anak-anak, aktif di LSM Perempuan dan Anak, membuat artikel dan buku serta mengelola usaha rumahan , aku tetap setia dengan website Ayahbunda yang memberiku banyak informasi tentangpengasuhan anak dan kesehatan keluarga. Pun begitu, bundel majalah tua warisan mama masih setia kubaca, bahkan anak-anakku masih bisa menikmati cerita Buncil didalamnya, mewarnai dan belajar dari majalah tua itu. Kepada mereka aku berkata “ Kita rawat majalah ini ya, karena ini hadiah dari Nani (nenek) agar Umi pintar mengasuh kalian”. Terimakasih Ayahbunda, telah menjadi jembatan rindu dan cinta keluarga kami.Semoga selalu menginspirasi keluarga Indonesia.
tulisan ini disertakan dalam kompetisi blog Ayahbunda.

tulisan ini disertakan dalam kompetisi blog Ayahbunda.