Sabtu, 06 April 2013

Cara Smart 'Menikmati' Kehamilan Berjarak Dekat

Saira, anak keempat saat 8 bulan.Dari setiap anak saya belajar banyak hal
Tulisan ini sengaja saya tunda penulisannya sampai saya  merasa benar-benar menjalani kehamilan kelima ini dengan benar-benar tulus, Insya Allah. Saya dedikasikan tulisan ini untuk banyak ibu muda dan para suami atau keluarga mereka (orangtua/mertua), bahkan teman dan tetangga yang masih galau dan terus menerus risau dengan istilah 'kesundulan' yang kadang tidak nyaman bagi yang mengalami (si ibu).Sengaja saya tulis untuk menyemangati diri sendiri dan membuktikan bahwa segala skenario Allah untuk kita adalah..... TERBAIK .

Kehamilan adalah sebuah proses alami yang kita nantikan. Tapi tak jarang kehamilan yang berjarak dekat atau -bahkan- terlalu dekat menjadi sebuah hentakan psikologis untuk banyak ibu/pasangan dan juga orang-orang disekitarnya (yang kadang justru lebih heboh dalam merespon hee....). Tak berbeda dengan saya dikehamilan kelima ini. Rasa kaget dan bingung tetap menyergap saya tetapi Alhamdulillah saya , suami dan orang-orang sekitar menjadi sebuah tim yang membahagiakan untuk melanjutkan perjuangan selanjutnya : melahirkan! ,Mungkin sedikit sharing ini membantu sahabat yang mengalami peristiwa 'besar' ini. :).

Dan jika dalam tulisan ini ada bahasa yang lugas bahkan vulgar, ya mohon disikapi secara ilmiah, dan memang beginilah 'gaya ' saya dalam menulis :). AKhirnya, dari hasil 'mengunyah' hikmah, ada tiga tahapan Smart menghadapi Kelahiran Berjarak Dekat

1. Tahap 1 =Berdamai Dengan Rasa Shock
    Tidak ada yang perlu saya tutupi dalam tulisan edisi 'berbagi' ini. Saya akan mencoba meniatkan tulisan ini untuk menjadi 'healing' bagi para ibu yang masih cemas dan 'pekewuh' dengan kehamilan berjarak dekat. Mengetahui bahwa saya mengandung lagi , saat itu usia si nomor 4 masih 3bulan tentu sempat membuat kami (saya dan suami) kaget juga. Sebab pada anak-anak sebelumnya jaraknya ideal (menurut kami heheh , tepat berjarak 2 tahun.meskipun bagi sebagian orang jarak 2 tahun masih saja dibilang kesundulan, walah), jadi persepsi kesundulan bagi setiap orang memang berbeda-beda , tho? cateet!
   Nah, pada hari itu rasanya yang ada hanya perasaan bersalah pada si kecil. Naluri keperempuanan dan keibuan saya merasakan sinyal ada yang berbeda dalam diri saya. Dan memastikan bahwa saya benar-benar mengandung dengan jarak yang dekat benar-benar pengalaman yang baru. Lalu bagaimana cara kami (saya dan suami) mengatasi perasaan dan akhirnya justru kompak menjalani semua sknerio Allah ini?
a. Berempati pada istri
   Saat itu suami sangat-sangat sabar menghadapi letupan shock saya , hehehe...Cool dan sangat berempati. Namun beliau bukan tipikal suami yang membiarkan saya terus menerus galau dan 'manja' tanpa batas. Saya masih ingat kata-kata beliau "Ya, umi pasti terkejut, abi juga. Boleh, karena toh memang ini diluar kemampuan kita menolaknya.Tapi, mari kita sabar dan syukur. Silakan untuk shock, tapi 3 hari saja ya maksimal, setelah itu, mari kita mencari ilmu yang terbaik untuk umi, si kecil dan calon bayi." Rasa empati pasangan akan sangat membantu kita mengatasi dan berdamai dengan rasa shock.
b. Menyelaraskan Hawa nafsu dengan Keimanan
   Ingat tidak bagaimana Maryam saat tiba-tiba mengandung Isa as? hehhe meskipun memang berbeda, tapi bolehlah kita ambil pelajarannya. Logika kita (manusia) harus segera kita selaraskan dengan keimanan manakala kita menghadapi sesuatu yang menurut kita tidak/kurang ideal. Bahwa apapun yang terjadi pada kita tidak mungkin luput dari kehendak Allah. Bahwa Allah punya rencana besar yang baik untuk kita.Bahwa kita adalah hamba-Nya, maka kita tidak akan mungkin ditinggalkan Allah dalam segala persoalan kita, asal kita RIDHO dengan skeario-Nya. Ajaib, subhanallah. Saat tahap  ini sudah mampu kita hadirkan. rasanya optimis sekali kita.PD.Lagi-lagi semangat Maryam membuat saya tiba-tiba merasa kuat. Bahwa calon janin ini akan membawa kebaikan, keberkahan dan calon pembela agama Allah, Insya Allah (maaf saya mewek nih nulisnya)

c. Mengafirmasi Diri sendiri
  Ini cara jitu berdamai denga rasa shock. Mengafirmasi diri sendiri. mengatakan hal-hal positif pada diri sendiri. Bhawa kita dipilih Allah untuk menjalani ini, bahwa kita diberi anak-anak yang sehat, bahwa kita diberi rahim yang sehat, bahwa kita bisa menjalani semua amanah yang dipercayakan Allah pada kita.Bahwa kita akan menjadi ibu yang hebat dan sabar. Bahwa memang kami tidak menggunakan kontrasepsi apapun, jadi wajar jika setelah ikhtiar kami mengatur jarak kelahiran pun ,Allah berkehendak mempercepat menambahkannya hehe. Memang terkesan menghibur diri , dan itulah gunanya afirmasi diri. Ucapkan berulang-ulang. Makaa.....subhanallah kita seolah selalu energik dan penuh cinta

d. Diam Sejenak, Terapi untuk Yang Belum Siap mendengar (hehe)
   Seperti prolog diatas, ternyata kadang lingkungan, orangtua, tetangga justru merasa belum siap melihat kita mengadung lagi dengan jarak yang sangat dekat. Mungkin memang mereka kahawatir. Nah, cara yang saya pakai, saya tidak mengabarkan kehamilan saya pada orang-orang yang menurut pengamatan saya 'belum siap' atau cenderung berkomentar pesimis, negatif atau  sinis (ada khan) haha. Saya hanya mengabarkan kabar gembira ini saat saya sudah mantap di option abc diatas. Hanya orang-orang tertentu yang saya pandang optimis, mendukung saya dan bisa mensupport yang saya kabari.Hasilnya? saya lebih tenang dan percaya diri

2. Tahap 2 = Hunting Ilmu Supaya Lebih Smart dan Semangat!
   Lagi-lagi lakukan tahap ini bersama suami. Dan justru suami saya yang diam-diam searching banyak hal tentang kehanilan berjarak dekat ini. Saya sampai surprise. Misinya hanya ini : umminya sehat, bayi kecil sehat, janin dikandungan sehat, menyusui dan melahirkan sehat! Ada tiga 'ilmu' yang saya terus pelajari selama kehamilan kelima ini
a. Tentang Nursing while pregnancy (NWP)
   Beruntung saya bergabung di beberapa group di FB. Group ibu rumahtanga, gentle birth, group tentang ASI. Semua  memberi saya support ilmu yang menenangkan dan memberi sy dukungan moral dari teman-teman sesama ibu yang selalu optimis. Kita akan berhadapan dengan orang-orang sekitar yang bertanya " Anakmu tetap kau susui?", atau "eh mbak, gak papa ya hamil sambil menyusui?", "KAsian lho bayinya kan udah 'basi' ASI nya" hehe... Alhamdulillah, semua pertanyaan dan keraguan seputar menyusui saat hamil bisa saya jawab dan meyakinkan mereka bahwa everything is okay. Semua karena ilmu, ketenangan dan keyakinan kita yag berdasar ilmu akan membuat kita lebih percaya diri. Daan... lagi-lagi saya membuktikan Allah Maha Hebat. Dia mengatur semua 'rezeki' makhluknya yang sedang kita susui, dan sedang di kandungan. dan sayapun membuktikan ASI eksklusif tetap bisa saya jalankan untuk Saira (sekarang 10 bulan, masih minum ASI, dan sudah saya beri makan tambahan dan susu tambahan, tentang keputusan saya akhirnya memberi tambahan sufor sejak Saira 9 bulan, saya akan tulis dikesempatan lain)

b. Tentang Tandem Nursing After Birth
  ini yang sering saya katakan bahwa kehamilan kali ini, yang jaraknya lebih dekat daripada sebelumnya, memberi saya kesempatan untuk belajar hal-hal yang sebelumnya tak terpikirkan. Allah memberi saya kesempatan learning by doing. Termasuk belajar bahwa nanti setelah melahirkan, niat tetap menyusui Saira bisa tetap saya laksanakan sambil tetap menyusui adiknya :) . Hasil bertanya pada dokter anak, dokter kandungan serta teman-teman yang berpengalaman lapangan (hehe) membuat saya banyak menimba ilmu dan berpikiran terbuka

c. Menimba ilmu (lagi) tentang Kelahiran Alami dan 'Lembut' (Gentlebirth)
  Subhanallah, sungguh, kehamilan, kelahiran yang kita hadapi dengan ikhlas, semangat dan optimis akan membukakan ilmu-ilmu baru. Saya bergabung di group Gentlebirth Untuk Semua (silakan cari sendiri yah tentang istilah gentlebirth ini), saya menemukan ibu-ibu hebat, bidan-bidan berkomitmen terhadap proses kelahiran yang sehat dan alami. Saya dan suami jadi lebih banyak ilmu untuk memiliki pengalaman menyambut putra kami berikutnya ini dengan rasa tenang, tawakkal, sealami mungkin. Motivasi berolahraga lebih rajin, latihan pernafasan, merawat diri dan janin serta bayi sebelumnya dengan naluri keibuan yang prima.Semangat

3. Tahap 3 = Tahap tetap produktif dan Membangun Tim Sukses Jelang kelahiran
Sehat Ibu, Sehat Janin, sehat si Kecil . Yup! Itu yang harus senantiasa kita upayakan. Saya selalu yakin bahwa sedikit saja pikiran dan perasaan saya 'rusak' dengan hal-hal sepele yang membuat geram, maka bangunan kasih sayang, ketulusan dan semua hal positif dalam diri saya dan keluarga saya akan ikut terkontaminasi (hee..). Maka, setelah dua tahap diatas, saya mencoba untuk tetap produktif dalam kegiatan positif, mencintai suami dengan setulus-tulusnya, menjalin kekompakan dengan beliau dalam mengasuh anak-anak yang lebih tua, menjalin kedekatan dengan mereka agar juga siap dan bahagia menyambut 'adik baru'. Justru dengan menyadari bahwa tugas dan peranan saya sebagai istri dan ibu bertambah 'berat' maka suami lebih banyak lagi membantu saya memberikan perhatian pada para kakak (anak2  kami tertua).

Hal lain yang perlu kita lakukan untuk menyambut kelahiran berikutnya adalah membentuk 'tim sukses' apakah itu anak-anak, khadimat (pembantu), saudara yang dekat, orangtua, mertua, bahkan tetangga. Menurut saya, mereka adalah tim sukses yang akan membantu kita menyongsong proses kelahiran dan membantu kita mengasuh anak-anak yang bertambah. Maka, hilangkan hal-hal yang 'meruesak' hubungan baik, dan settinglah hati kita untuk BAHAGIA, meskipun kadang tak ada gading yang tak retak dalam hubungan antar manusia. Alhamdulillah, sejauh ini saya belajar 'mengikhlaskan' saja apa yang kita hadapi, dan sesegera mungkin merecovery hal-hal yang tidak mengenakkan, demi kesehatan kita dan anak-anak kita.

Sudah cukup panjang..semoga tulisan ini menginspirasi dan membawa manfaat! Semangat, Ibu dan Bayi sehat!