Rabu, 27 Juli 2011

Carrot Cake

Masih seputar cake berbahan sayur. Ini branding LEZATI.Kali ini carrot cake, cake wortel. Rasanya sip banget deh. Dulu, waktu gak ada oven aku pernah bikin dikukus,enak juga. Nah aku pake resep mbak Ferona Cakefever, kayak biasa. Coba-coba modif sedikit dan tarraaaa jadilah cake legit dengan rasa wortel yang gak langu.

Kubawa ke gladi resik persiapan seminar kemaren. Enyaaaaak.... kata bberapa sohib plus si sulung Maura yang lidahnya sensitif banget soal rasa hehe.Jadi pede nih. Yang mau coba resepnya silakan yang mau pesen, hayuk. Bulan Ramadhan ini beharap bisa bikin versi cup cake untuk ta'jil. Hmmm sehat dan lezaat. Ini paduan antara resep asli di cakefever.com sama ijtihadku sendiri hehe

Bahan
Wortel 400gr ( kupas parut halus, jangan buang airnya, aku pake parutan keju biar agak kasar & bertekstur)
Tepung 260gr
Gula halus 300gr (aku cuma 250, dicampur gula palem atau gula jawa disisir aluus)
250gr telur (kira-kira 4-5 butir)
garam 2gr (kira-kira satu sendok teh)
cinnamon bubuk  1gr (kayu manis bubuk. aku pake bumbu spekuk kira-kira 1sdt peres ajah)
baking powder 1/2 sdt
soda kue 1/2 sdt
minyak sayur 150cc
keju parut untuk taburan

Caranya
1. Kocok telur,gula garam sampai kental dan berjejak, gunakan kecepatan tinggi
2. Diwadah lain campur dan ayak tepung terigu, setengah takaran bubuk kayu manis, baking powder dan soda kue
3. Campurkan adonan tepung ke adonan telur, aduk dengan kecepatan rendah aja
4. masukkan parutan wortel yang sudah dicampur dengan sisa bubuk kayu manis
5. masukkan minyak sayur, aduk lipat dengan spatula
6. masukkan ke loyang ukuran 22cm yg sudah dioles margarin dan kertas roti didasarnya, taburi keju
7 panggang 20-30 menit, lakukan tes tusuk

NB; kalau mau dikukus, wortel diparut kasar aja untuk mengurangi kadar airnya.Pastikan air kukusan mendidih.Kalau dioven, panaskan dulu oven agar panasnya optimal dan cake mengembang sempurna.Parutan keju bisa ditaburkan setelah cake matang

Selasa, 26 Juli 2011

Aku, Suamiku dan Istri Pertamanya

 Sejak aku mengenalnya, aku tau aku harus siap berbagi dengan istri pertamanya. Segalanya dan lahir batin. Bagaimana tidak? Istri pertamanya itu lebih dahulu dikenalnya dan banyak memberinya kenyamanan jiwa. Sebaimana istri, belahan jiwa, istri pertamanya itu adalah bagian hidup suamiku. Suamiku mengenalnya dan berinteraksi mesra dengannya jauh sebelum mengenalku.JAdi, aku memang harus tau diri dan menaruh takzim.

 Suamiku mengenalku saat aku berusia ranum, 23 tahun.Sebelum itu, suamiku sudah mengikat janji dengan istri pertamanya. Akupun mengenal suamiku dengan perantara istri pertamanya itu,jadi sekali lagi, bagaimana aku bisa menghalangi suamiku dating dan memenuhi panggilan istri pertamanya setiap detik, menit, jam, hari pekan ,bulan bahkan tahun? Aku sudah menetapkan hatiku :aku ini hanya istri kedua setelah dia. Tulus dan tanpa paksaan.

                Hari berganti hari, dan kini usia pernikahan kami tujuh tahun. Selama itu pula aku, suamiku, dan istri pertamanya semakin akur saja. Semua berjalan dengan sangat romantis. Romantis yang berbeda, bukan mellow atau possessive. Aku,suamiku dan istri pertamanya itu saling menguatkan. Ya, panggilan-panggilan dari istri pertamanya selalu kulempangkan jalannya. Kubiarkan suamiku memenuhi kewajibannya pada istri pertamanya dengan tanpa beban, tanpa kureweli dan kukondisikan anak-anakku sejak dini untuk memahami belahan jiwa ayah mereka yang lain. Dan meskipun masih anak-anak, aku yakin mereka akan bertumbuh dengan keyakinan sama denganku, toh ayah mereka adalah seorang ayah yang berusaha membagi waktu dengan adil. Cinta yang bervisi surga, begitu mimpi kami.

  Aku sering berseloroh dengan suamiku “aku ini hanya istri kedua setela dia.begitu juga istri-istri berikutnya , jika tidak bisa berinteraksi dengan istri pertamamu, lebih baik jangan nambah, hahaha…” dan entahlah, kami tidak pernah merasa jengah dan tabu berbicara tentang momok pernikahan bagi para istri : POLIGAMI. Karena bagi kami semua itu ada waktunya, ada aturan dan ada standarnya.Jadi, aku dan istri pertamanya dan suamiku sudah saling memahami hanya tinggal kehendak Allah bukan? Mau ditambah lagi atau tidak  hehehe

                Aku tau semakin bertambah usia pernikahan kami, istri pertamanya akan semakin banyak meminta perhatian, konsentrasi, pemikiran dan bahkan waktu suamiku. Karena istri pertamanya itu bukan sesuatu yang biasa-biasa saja.Aku bahkan merasa nyaman berinteraksi dengannya. Aku ,suamiku , dan istri pertamanya telah sama menemukan belahan jiwa, bukan cinta fisik yang berbatas usia, tapi romantisme heroic yang saling memotivasi untuk semakin teguh dijalan ini. Ya,ya,ya…sejak semua cinta bermula pada suamiku, aku sudah meneguhkan diriku :aku ini istri kedua setelahJAMA’AH dan amanah Dakwah yang lebih dulu dicintainya.Salam Inspiratif!

Senin, 25 Juli 2011

Muffin Pisang Kremes

Ini dia upaya penyelamatan pisang ambon yang masih tersisa dan mulai tua. Diantara pilihan membuat banana cake atau muffin. Aku ketemu resep pisang muffin keju tapi ada crum (krenyes)nya diatas. Hmm langsung aja aku mix antara resep banana muffin high rise –nya mbak Ferona Cakefever.com (tempat aku belajar online bikin kue )hehee yang udah kucoba kelezatannya  dipadu  resep crumb yg aku nemu di blog ini. Tapi kurubah-rubah dikit.Misal mbak Ferona pakai gula palm, berhubung gak punya dan gula JAwaku pun tandas pas bikin carrot cake kemaren, jadilah hanya pakai gula putih. Ku juga gak pake butter unsalted dan yoghurt (gak punya J).Trus karena di resep mbak Fe pake ukuran cup, aku kira-kira aja dengan gram J.Alla kulli hal ini dia jadinya.
 Yah lagi-lagi emang kameraku pake hape seadanya jadi yaaa harap maklum. Emang sih crumbnya ternyata lebih asyik pake tepung ruti yg kasar aja kali yaseperti diresepku ini aku modif pake tepung roti,karena kalo pake crum yang diresep ini aja, salah takaran malah jadi leleh diatas muffinnya hehe
Postingan ini sekaligus promosi mana tau ada yang mau pesen buat ta’jil  selain resep cake buah dan sayur yang pernah kuposting.selamat mencoba resepnya, ya!
BahanMuffin
1.       4-5 pisang ambon ukuran sedang
2.       400gr tepung serbaguna (aku pake sriboga)
3.       Baking soda ½ sendok teh
4.       Baking powder  3sendok teh (peres aja yah, kalau kebanyakan jadinya pait)
5.       Garam 2sendokteh, keju 100 gr parut kasar

6.       Gula pasir 100gr
7.       Margarin lelehkan, dinginkan 75gr
8.       Minyak sayur 75gr (ijtihadku sendiri hehe)
9.       Susu cair/segar 1cangkir 250-300cc
10.   Telur utuh 2butir
11.   Kuning telur 1 butir
Bahan Crumb
4sdm tepung terigu
2sdm mentega
1sendok teh bubuk kayu manis (dikira-kira.aku pake bumbu spekuk)
Gula pasir 80gr
Atau pake tepung panir kasar/bread crumb langsung juga oke
Caranya
1.       Panaskan oven sebelum mencampur adonan, fungsinya biara panasnya atas bawah mak nyos.kata mbak ferona, ini penting biar muffin membumbung
2.       CAmpur semua bahan kering 2-5 diwadah, ayak.
3.       MAsukkan semua bahan cair kedalam adonan kering
4.       Masukkan pisang yang sudah dicincang kasar atau dipenyet2 aja pake garpu ampe lumat
5.       Masukkan ke cetakan muffin
6.       Untuk crumb, kalau buat sendiri campur semua bahan crumb sampe berbutir2, taburkan diatas adonan muffin.kalu pake bread crum ya uwes, taburkan langsung
7.       Panggang sampai membumbung, lakukan tes tusuk.kalo udah gak ada adonan menempel digarpu ya udah mateng deh!
Note: atasnya emang agak coklat kan crumbnya pake kayumanis n gula pasir, jadilah kayak caramelJ oya kalo kebanyakan baking soda/powder bisa agak kurang sip lho rasanya

Selasa, 19 Juli 2011

Anak-anak ku Sedang Belajar tentang ‘Perpisahan’

Dua hari ini ketiga krucilku sangat ekstrim tingkahnya. Si sulung Maura sangat sering tiba-tiba memarahi kami semua, kasar dan suka memanas-manasi adik-adinya (termasuk menjahili dan membuat saya memakai nada ‘si’ untung menegur, atau jika emosi saya sedang lumayan terkontrol, saya hanya diam bersila didepan si Teguh Pendirian yg sedang uring-uringan sambil memandanginya, beristighfar lirih dan jika ia benar-benar ‘tantrum’ ekstrim, saya bisa sampai melelehkan airmata dengan posisi itu tapi ajaibnya tidak marah). Farwah, sejak abinya pergi dan lalu mbah Kung nya pamit pulang juga marah dan menangis memilukan.Hayah. Hanya si Tengah Salma yang lumayan biasa aja tapi juga sedikit-sedikit rewel dan mudah menjerit, heheh.
Sebenarnya, ini diam-diam berhubungan dengan kepergian si Abi ke Taiwan dua bulan kedepan. Pengkondisian terhadap moment ini sudah kami lakukan sebulan lalu, kami juga sudah melengkapi sarana komunikasi dan webcame dirumah agar perpisahan ini tidak membuat anak-anak kehilangan sosok idolanya (walaupun kak Maura sering ‘jaim’ didepan abinya karena kemiripan sifat kali ya hihihi).Tapi, toh anak-anak tetaplah anak-anak. Mereka belum mampu menyeranta perasaannya. Meskipun mereka sudah sering ditinggal keluar kota, moment ini pasti berbeda.Mereka tau bahwa 2 bulan itu lebih lama dari dua hari atau dua malam,batas biasanya mereka menanyakan “abi kapan pulang?”.
Luarbiasa. Abi. Sosok yang ternyata mereka idolakan lho.Karena meskipun abinya sering pergi dan padat aktifitas, anak-anak suka pada ngeriyung saat beliau stay at home. Main tebak kata, tebak gerak, tebak kesukaan.Abi juga tidak mudah marah, gak seperti Umi yang ‘banyak menegur’ (bahasa halus dari cerewet hihihi) .Farwah apalagi, sejak bisa jalan sendiri, dia yang paling ‘romantis’ sama abi. Paling semangat mengantar abi sampai ke pintu, paling semangat pula menyambut abi pulang, paling ‘caper’ dan mesra panggilannya “Abiii’…(sambil diam, melirik kemaki dan menggemaskan)”
Begitulah. Pekan ini dan dua bulan kedepan anak-anak akan sangat belajar bahwa mereka mencintai abi.Perpisahan sejenak pernah kami lakukan pada dua putri kami sesekali. KAmi meninggalkan mereka bersama tante kami dan ART untuk pergi ke Kudus selama dua hari.Kami pergi hanya dengan ‘paket kecil’ : saya, abinya dan si bungsu, Farwah.Itu bermanfaat, karena mereka jadi mengerti apa itu amanah saat abi dan umi tidak dirumah.Mereka jadi tau apa arti kebersamaan dan saling membutuhkan. Pekan ini adalah adaptasi terpenting bagi anak-anak. Saya pun berusaha kompak dengan asisten yang menginap dirumah selama abi pergi, juga dengan tante kami yang biasa mengantar jemput mereka sekolah.
Anak-anak harus kita bantu memaknai perpisahan sebagai sebuah bagian dari kehidupan.Perpisahan dan pertemuan karena Allah akan menjadikan kita kompak. Password andalan yang kami ciptakan: karena kita bersaaaatuuuu yang kami ucapkan sambil menautkan jari/tangan kami menjadi yel-yel memperbarui semangat. Selalu begitu saat saya ingin membangun kerjasama dengan mereka. Anak-anak tidak dapat berpisah dari ayah bundanya, itu pasti. Namun kita harus pula mengajarkan ketegaran dan menularkan semangat-semangat para keluarga pejuang dijalan Allah dimana saat bersama dan berpisahnya begitu berkualitas. Mungkin bagi saya ini long distance love yang sudah biasa. Tapi tidak bagi anak-anak. Maka kitalah yang harus lebih memahami bahwa segala ekspresi mereka tentang perpisahan harus kita apresiasi dengan penuh empati meskipun tidak harus berlebihan dan meruntuhkan ketegaran.
Ekspresi keberatan itu akan muncul dari bahasa penolakan, pelanggaran aturan, atau perilaku fisik yang menguji kesabaran. Tapi inilah kita : seorang I B U.Seseorang yang harus mampu mempelajari banyak bahasa jiwa dan kasih untuk mendidik anak-anak yang unik. Mengajari mereka tentang sikap tegar dan tidak merubah mereka menjadi malaikat yang selalu sempurna. Jika sedang marah,biarkan mereka marah, arahkan dan gali keinginannya.JIka sedang menyenangkan, beri pujian wajar dan menentramkan.Mereka manusia kecil yang perasaan dan pribadinya akan terpahat melalui kita.Jadi, mari mengenali perasaan mereka dan menyambungkan dengan naluri kita, lalu membina mereka berproses menjadi anak-anak bermental kuat , empatik dan berjiwa pejuang . Dan kali ini dari sebuah moment PERPISAHAN.Insya Allah!