Pun demikian, ada yang
harus dipahami orangtua bahwa pendelegasian pengasuhan dan pendidikan formal di
sekolah harus pula dibarengi dengan pola asuh yang seiring dirumah. Jangan
sampai ketidaksiapan orangtua akan pola asuh anak-anaknya menjadikan para
orangtua ‘bergantung’ pada sekolah untuk penanaman kebiasaan, karakter
dasar yang sebenarnya sangat efektif
dicontoh anak dari orangtuanya.
Untuk itulah,
pendidikan berbasis rumah, lebih ditekankan pada pengembalian peran-peran
orangtua untuk menyertai dengan proaktif proses pendidikan anak-anak mereka
sebagai kerjasama dengan pihak sekolah. Misal, dengan memberikan pembiasaan,
pendampingan program-program ibadah harian anak-anak dirumah, pembiasaan
kejujuran, motivasi yang benar tentang prestasi, support orangtua dalam tugas
anak-anak, bahkan sampai bagaimana merancang liburan dirumah berdasarkan
laporan dan evaluasi hasil belajar anak-anak di sekolah
3 Fitrah Utama = Dimulai dari Rumah
Orangtua , terutama
dalam 7 -10 tahun kehidupan anak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan fitrah
pengasuhan dan pnedidikan dari rumahnya. Jika dalam fase tersebut orangtua
dapat mendampingi anak-anak dengan optimal, maka pada fase selanjutnya (11-15
tahun) anak-anak telah siap mengawali masa pra- akil baligh dan masa akil baligh nya dengan kesiapan
bertanggungjawab dan karya yang bermanfaat untuk masyarakat. Untuk itu,
dalam pendidikan berbasis fitrah , Ustadz Harry Santosa menyebutkan
bahwa fitrah setiap anak adalah berbeda. Mereka adalah anak-anak yang memiliki
keunikan dalam bertumbuh dan berkembang. Disinilah pentingnya orangtua menjadi
pendamping setia untuk melalui tahapan-tahapan pendidikan sesuai fitrah anak.
Ada tiga fitrah utama yang harus tuntas tergali dan terdampingi terutama oleh
orangtua dirumah
Pertama, Fitrah
Keimanan. Orangtua memiliki tanggungjawab mengenalkan Allah dan segala imaji
positif tentang Allah sebagai RABB sejak usia 0-6 tahun pertama, misalnya
dengan keteladanan, kisah, kejadian sehari-hari, mengenalkan diri dan alam sekitar sebagai ciptaan Allah. Allah
adalah Pencipta, Pemelihara. Fitrah keimanan ini dilanjut di fase 7-10 tahun
dimana anak-anak mulai harus dibangkitkan kesadaran bahwa Allah adalah al
Malik, dimana semua Perlindungan, Hakim, Pengawasan adalah milik Allah. Di fase
berikutnya (11-15 tahun) anak-anak sudah mulai yakin bahwa Allah adalah ILAH
mereka, yang menjadi satu-satunya yang Disembah dan diibadahi. Fitrah keimanan
inilah yang semestinya tuntas sejak usia 10 tahun, sehingga tidak perlu lagi
para orangtua ‘memukul’ anaknya untuk sholat, misalnya. Fitrah keimanan inilah
yang menjadi dasar utama yang mestinya diberikan oleh orangtua dan dilanjutkan
oleh guru di sekolah.
Kedua, Fitrah Belajar.
Fitrah kedua yang harus dibangkitkan oleh orangtua (terutama ibu, sebagai
madrasah utama) adalah fitrah belajar. Orangtua harus membangkitkan kesadaran
belajar dalam diri anak. Fitrah bereksplorasi, mengamati, mengambil
hikmah,belajar di alam bebas, adalah hak anak. Dalam membangkitkan fitrah ini,
di fase 0-6 anak dikenalkan pada kegemaran belajar, lalu dilanjutdi fase 7-10
tahun anak-anak sudah terbiasa mengikat makna dengan bahasa dan tulisan. Bahkan dalam fase pra akil
baligh dan masa akil baligh, hendaknya anak sudah memiliki kesadaran melakukan
riset, melakukan karya untuk masyarakat. Membangkitkan Fitrah belajar inilah
yang harusnya telah dipersiapkan oleh orangtua, sehingga tidak adalagi orangtua
yang bingung mengapa anaknya sukar belajar, enggan dan malas membaca.
Ketiga, Fitrah Bakat.
Orangtua sebagai pihak paling dekat dengan anak-anaknya, semestinya dapat mulai
menyeranta bakat anak-anak mereka sejak dini. Bakat dan talenta akan berkembang
jika orangtua jeli dan terus membangkitkan kesadaran anak akan potensi dan kelebihannya.
Jika fitrah ini berhasil terdampingi
dengan baik oleh orangtua, maka saat anak telah masuk diusia 11-15 tahun mereka
telah mulai memiliki ‘project of life’ dalam dirinya. Bakat dan talenta inilah
yang diamati dengan jeli oleh Rasulullah dalam diri para shahabatnya (yang
rata-rata adalah pemuda). Hasil pendidikan Rasulullah dapat kita lihat dalam
diri para shahabat Rasulullah dan tabi’in, tabi’u tabi’in. Mereka di usia 15
tahun, 17 tahun telah mampu membuat karya besar, mampu memimpin pasukan, mampu
menaklukkan negri-negri kuffar. Masya Allah.
TANGGUNGJAWAB BERDUA
Keempat Fitrah Perkembangan
Bahwa anak-anak akan tumbuh sesuai dengan perkembangannya. Orangtua semestinya mendampingi perkembangan anak-anaknya dengan sabar dan telaten. Perkembangan yang dipercepat, tidak alami dan banyak terpengaruh orang-orang dewasa disekitarnya. Termasuk perkembangan pula anak-anak mulai mengenal lawan jenis, mulai mengalami 'protes-protes' kecil, adalah bahasa mereka bertumbuh kembangnya mereka. Ketergesaan orangtua agar anaknya 'cepat dewasa' justru akan melahirkan keterlambatan sikap dewasa dan sulit bekerjasama dengan pihak lain
Jika ibu adalah
sekolah bagi anak-anaknya, maka Ayah adalah kepala sekolahnya. Dalam pendidikan
berbasis rumah dan fitrah, ayah ibu memiliki peran yang sama, seiring. Pola
asuh tidak dapat dibebankan pada salah satu pihak. Ayah dan ibu mmeiliki peran
yang saling mendukung. Bermusyawarah, menentukan program pengasuhan dan
pendidikan dirumah, mendukung aturan kebaikan, memberikan pengawasan dan asih
asuh asah dapat menyiapkan anak-anak yang matang dan siap dilepas dimasyarakat kelak, Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar