Ini istilah bahasa Jawa yang populer. Untuk seseorang yang terlanjur melakukan kesalahan tapi enggan untuk mengakui kebenaran yang datang . Banyak sebab, mungkin gengsi, tengsin atau emang jengah dan malu.
Saya senang sekali dengan istilah ini heehe. Saya pernah mengalaminya kok, meskipun mungkin tidak sengaja, tapi malu mengakui kesalahan dan memperbaikinya termasuk dalam kategori ini. Sayapun sering kali melihat karakter ini disekitar kita. Orangtua yang mundur isin lalu memarahi anaknya, pengendara yang nyelonong nyebrang dan mundur isin kemudian pasang tampang sok sangar, atau pura-pura cuek, guru yang mundur isin lalu menghukum muridnya,
Mungkin istilah yang hampir mirip adalah buruk muka cermin dibelah kali ya. Kita perlu menghindari karakter buruk ini karena dia adalah awal mula dari sikap tidak ksatria, lelamisan (bahasa indonesia: menjilat). Karakter mundur isin yang dipelihara akan melahirkan sikap-sikap tidak simpati lain diantaranya tidak berani menghadapi resiko dan gemar menyalahkan orang lain /keadaan.
Lalu, bagaimana terapinya? Membiasakan meminta maaf dan mengakui kesalahan adalah sikap bijak agar kita tak terjebak dengan karakter buru ini. Sejak dini tanamkan bahwa seseorang yang melakukan kesalahan adalah biasa namun seseorang yang tidak mau mengakui kesalahan apalagi melemparkan kesalahan pada oranglain itu lebih memalukan. Mari berkaca diri, semoga karakter ini tidak kita miliki atau segera kita enyahkan jika bibit-bibitnya mulai muncul Salam inspiratif!
Mundur isin terjadi karena khawatir kehilangan muka.
BalasHapus