Kamis, 02 Juni 2011

Antara Bu Guru TK dan ‘ART’ ku

“ Gaji saya Cuma 200ribu bu Vida, kata suami saya mending saya ngopeni anak sendiri. Gaji tidak sebanding dengan waktu anak  yang saya korbankan ..” jawab seorang guru TK dimana saya mengisi kajian parenting pada suatu hari. Saya memang menanyakan hal sensitive itu sebagai survey pada beberapa guru TK.

“Lalu, kenapa njenengan tidak keluar saja?” kata saya. Jujur, saya  selalu gemas mendengar ‘curhat’ betapa minim gaji guru TK, PAUD terutama swasta dan sedihnya dibawah yayasan Islam
“Yah, bu Vida… lha wong kata ibu mertua saya, perempuan itu kalau kerja tetep ‘gagah’. Njenengan tau, ada lho Bu TK di yayasan kami ini yang cuma dikasih 50 ribu tiga hari. Karena meskipun TK dibawah organisasi kami  ini banyak, tapi tingkat kesejahteraan dan kualitasnya berbeda-beda. Itulah kenapa untuk bensin saja tidak cucuk (tidak sebanding, ed).Mungkin gaji kami dengan rewangnya (PRT)  bu Vida besar rewangnya bu Vida per bulan.Saya tetap punya tekad keluar bu, meskipun kadang tidak tega lihat anak-anak kecil ini…”
…..
Itu baru satu guru. Ada yang mengatakan pada saya lagi, bahwa untuk dapat tunjangan-tunjangan bonus di Diknas aja harus dipotong ini itu. Ada lagi yang curhat “PAUD kami ya Cuma mengandalkan dana operasional  dari orang tua, Umi…” Ada lagi yang membuat saya merasa aneh, di sebuah Yayasan Besar  dikota saya, disalah satu TK nya, gaji seorang satpam pun harus ditanggung kas komite, para gurunya yang bergaji tidak lebih dari 500 ribu (itupun yang sudah kepala sekolah) harus kuliah PGTK dengan biaya sendiri. Padahal, kita sama taulah berapa ‘income’ sebuah Yayasan yang cabangnya ratusan, yang pemasukan dari sector pendidikannya begitu besar. Belum lagi sangat disayangkan anak-anak pengurusnya justru bersekolah di TK-TK mahal dengan alasan ‘kebutuhan’ survey dan studi banding. Olala…
Jika dihitung, banyak guru TK dan PAUD swasta atau rintisan di RW-RW yang gaji awalnya tidak lebih dari 400ribu bahkan ‘gratis’.Apalagi jika belum lama dan kondisi TK tidak terlalu ‘kaya’. Sedangkan gaji asisten rumahtangga saya setiap bulan sekitar 480 ribu dengan tugas  rumahtangga yang dibagi dengan saya. Tentu bukan bermaksud merendahkan, justru ini suara keprihatinan saya terhadap guru-guru TK yang mungkin gajinya tidak cukup untuk menjadi penopang kebutuhan rumahtangga, apalagi untuk sekolah lagi. Wajar jika kadang mutu pendidikan pun tak terlalu bersemangat peningkatannya karena rasa kemanusiaan untuk ‘jeleh’ (bosan) bisa mengikis keikhlasan dan etos kerja. Akhirnya, seperti celetuk suami salah satu guru TK diatas “mending kamu ngurusi anakmu sendiri, saya tambah uang belanjamu, bu..’
Sungguh, kesejahteraan para guru TK itu membuat saya menarik kesimpulan bahwa pengabdian menjadi sebuah motivasi yang melampaui nilai nominal. Tapi apa iya para guru yang setiap pagi sudah bersiap menyambut anak-anak kita, kadang meninggalkan anak-anak balitanya sendiri, mengasuh, menghadapi kerewelan anak-anak, harus melatih kemampuan anak-anak kita, harus tetap ceria ditengah persoalan mereka, membuat peraga-peraga yang kadang butuh ketelatenan, melatih motorik halus dan kasar anak-anak, menghadapi ‘hasil’ didikan orangtua yang tak semuanya santun. Ya,ya,ya.. profesi guru TK /Play group yang jika kita renungkan merupakan ‘bagi tugas’ pengasuhan yang semestinya banyak dihandle orangtua, ternyata tak mendapatkan penghargaan materi yang selayaknya. Belum lagi tuntutan saat ini dimana kebanyakan orangtua dan beberapa SD mensyaratkan bahwa lulusan TK harus dapat membaca. Hasilnya? Mohon maaf, anak-anak tak lagi menemukan sekolah TK zaman kita dahulu yang benar-benar hanya bermain. Guru TK pun akhirnya bekerja keras mengajar membaca.
Entah apa pesan dari tulisan ini. Namun jika boleh saya menyuarakan ‘ngudo roso’ para guru yang sempat saya dengar, sepertinya sangat mulia jika Yayasan , atau pengelola-pengelola TK, PAUD swasta mulai memperhatikan kesejahteraan pendidiknya. Insya Allah dengan terperhatikannya –minimal- gaji pokok mereka, etos kerja akan semakin baik. Sekali lgi, ini tentu bukan tentang spirit ikhlas dan tidak ikhlas, sebab saya yakin menjadi guru TK adalah pilihan bagi orang-orang tulus dan cinta anak-anak. Ini soal penghargaan profesionalitas. Wallahu a’lam bishawwab. Salam Inspiratif!

8 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Nice note... Fenomena di masyarakat
    skrng.. Hehehe......sy sendiri pernah
    hanya sktr 2 bulan bertahan di SDIT.
    Banyak faktor sih, tp salah satunya
    gaji, cuma 200rb. Tdk sebanding dg
    waktu..
    Hidup adalah pilihan, jk ada yg lebih
    baik knp tdk?Nice note... Fenomena di masyarakat
    skrng.. Hehehe......sy sendiri pernah
    hanya sktr 2 bulan bertahan di SDIT.
    Banyak faktor sih, tp salah satunya
    gaji, cuma 200rb. Tdk sebanding dg
    waktu..
    Hidup adalah pilihan, jk ada yg lebih
    baik knp tdk?

    BalasHapus
  3. betul sekali, sebaiknya para yayasan dan para pengelola TK betul-betul memperhatikan guru Tk karena guru TK yang mengawali anak-anak untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa. Saya pernah menjadi guru disebuah yayasan dan hanya bertahan satu bulan karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik =)
    salam

    BalasHapus
  4. njih mbak Dunia Smile ;pilihan yang pastinya juga dibarengi semangat pengabdian yg profesional git uya

    Salam kenal Mbak Anisa senang dengan koment panjenengan hehee

    BalasHapus
  5. Assalamu'alaikum, saya salah satu mahasiswa yg (masih) punya cita2 jadi guru TK nih, Subhanallah rintangannya banyak banget yaaa, smoga saya lebih dikuatkan lagi niatnya, amin ^^

    BalasHapus
  6. Saya sebenarnya juga tertarik dlm dunia TK/playgroub.. Skrng saya sudah smster 8, orientasi cita2 ingin jadi pendidik d TK ataupun playgroub kadang naik turun, antara ingin n tidak ingin, pada akhrnya jd ragu2, salah satu faktornya adalah masalah gaji.. Ya sem0ga saja nasib guru TK ini menjadi perhatian, sehingga kualitas mengajar gurupun insyaALLAH menjadi smkn baik. Karena gaji mereka mendukung prioritas sbg pendidik

    BalasHapus
  7. Saya juga merasa prihatin dengan gaji guru TK anak saya yang di bawah 400ribu. Padahal babysitter yang nungguin anak-anak di situ aja gaji bisa di atas 1jt. Saya ingin meringankan beban hidup guru dengan memberi parcel setiap anak saya ulang tahun dan lebaran. Malah di laporkan ke pihak yayasan sama sama wali murid yang iri.
    Yayasan yang menaungi memang irit, pengurusnya enggak dapet gaji. Kalau menurut saya ya jangan gitu sama guru. Menurut yayasan, guru merupakan pengabdian, tapi kalau turn over guru tinggi ya seharusnya sadar :)

    BalasHapus
  8. Bagi anda yang mengajar sdi TK saya tawarkan buku membaca berjudul ANAK SHOLEH SENANG MEMBACA, 1 PAKET berisi 4 BUKU harga Rp. 20.000, trimakasih... HP ; 085 725 365 100

    BalasHapus