Sabtu, 04 Juni 2011

It’s About Sense of Belonging


1.Sepasang suami istri muda beranak satu memutuskan untuk mengontrak sebuah rumah. Kecil dan sederhana. Rumah ‘tua’ yang sederhana itu diperbaikinya, dibuatnya senyaman mungkin, mereka perbaiki kamar madinya, instalasi listriknya yang kurang aman,dan beberapa bagiannya. meski letaknya ada dipinggiran dan rawan banjir . Banyak tetangga bertanya ,”Mbak kok rumah kontrakan aja dibagusin ampe segitunya. Kan bukan rumah sendiri. Enak dong ya yang punya rumah”. Jawab sepasang suami istri itu ringan dan santai , “Ya, karena sekarang kami ada disini, tinggal disini, dan dua tahun ini rumah ini MILIK KAMI, bu. Kenyamanannya juga untuk kami sendiri, kan?”

2.Suatu hari saya merasa sedikit kesal dengan ART saya yang memang masih remaja. Setiap kali saya ajarkan bagaimana merawat kain-kain lap, dan merapikan apa-apa yang tersebar dirumah ini dia lupa. Bagusnya, dia enggak pernah marah saat saya menegurnya. Hari itu saya tidak mau banyak bicara. Saya rapikan lap-lap dan kain-kain pel yang sudah berhari-hari dia jemur (sampe keriiing), saya benahi sendiri dapur dan beberapa hal detil. Lalu dia berkata “Aduh bu, maaf ya, kok  jadi ibu yang beres-beres…Iya itu lapnya kok gak saya ambilin ya buPadahal saya juga tiap hari ngeliat loh.’ Jawab saya, “Yah…ini kan memang rumah saya, ini semua memang pekerjaan saya.Memang seseorang yang belum merasa memiliki, dia kurang bisa peka, Ros.Padahal lihatlah rumah besar ini, bagaimana jika ini rumahmu?Apa yang kau inginkan?” Saya menjawabnya dengan santai, tidak marah dan sedikit bercanda
“Saya ingin rumah ini selalu rapi, bersih dan barang-barangnya awet. Iya bu…benar kata ibu kemarin,saya aja gak merawat dengan baik sepeda saya, apalagi rumah sebesar ini , kalu saya tidak merasa memiliki ya saya rasanya malas ya bu” ….

Begitulah…saat rasa memiliki (yang bukan posesif) ada dalam diri kita, maka kepekaan akan muncul. Jika kepekaan muncul, maka kita akan semakin kreatif untuk menjadikan apapun yg ‘kita miliki’ itu menjadi lebih baik, bermanfaat, lebih berkualitas.

Betapa banyak para orangtua yang dikaruniai anak tidak merasa memiliki anak-anak mereka. Dibiarkannya anak-anak mereka besar dalam asuhan oranglain tanpa seleksi dan evaluasi. Dibiarkannya anak-anak mereka pergi sampai malam-malam, tidur diluar rumah dengan santai.Dibiarkannya anak-anak mereka mengumbar aurat tanpa mengingatkan tentang ‘rasa memiliki’ terhadap tubuh mereka yang ranum dan semestinya terjaga.
Padahal, rasa memiliki terhadap anak-anak kita yang kita maknai secara sehat dan adil, akan memberitanggungjawab pada kita untuk membersamainya, menyeranta potensinya, menjadikannya sahabat bagi kita, memepersiapkan mereka untuk hidup di zaman mereka kelak dengan siap dan sikap mental yang tangguh.
Betapa banyak para karyawan yang hilang rasa memilikinya hingga ia merasa hanya ‘bekerja’ , bukan memiliki dan turut menjaga kualitas perusahaannya. Akibatnya?Spirit melayani memudar karena merasa ini perusahaan bukan miliknya. Sekanjutnya? Ia lambat laun menghancurkan citra baik pimpinan dan kualitas produknya.
Rasa memiliki menjadikan seseorang mampu melakukan apa yang mustahil dilakukan oleh oranglain.

 Sebaliknya, hilangnya sense of belonging menjadikan orang enggan dan tidak mau melakukan apa-apa yang sebenarnya bisa ia lakukan. Menjadi produktif dalam kerja, dalam dakwah, dalam peran-eran kita ternyata erat terhubung dengan sense of belonging itu. Kreatifitas dan stamina piker yang terus bernas juga ada pada orang-orang yang memiliki sifat setia (wafa’) , cinta, dan loyal pada apa-apa yang menjadi tanggungjawabnya.

Sungguh, Allah memberikan kita motifasi dengan  Laqod kholaqnal insaanu fii ahsani taqwiim –Sungguh telah kami ciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk-(At-Tiin:4).Maka, jika rasa memiliki  terhadap wujud terbaik  itu kita syukuri, sejak hari ini semoga kita tidak lagi abai pada sikap TERBAIK untuk peran-peran kita.Mari kita sertakan perasaan memiliki dan peduli terhadap semua peran-peran kita agar kita tidak bekerja sak-sake (asal-asalan) dan agar kita lebih ikhlas serta puas.Tentunya, ini akan memiliki efek positif, bukan hanya untuk kita, tapi orang-orang disekitar kita. Wallahu a’lam bishawwab.Salam inspiratif!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar