Sabtu, 13 Oktober 2012

"Aku dan Ayahbunda" , Bundel Tua Ayahbunda : Warisan Cinta Mama

Nama majalah tumbuh kembang Ayahbunda sudah begitu familiar ditelingaku. Jika dihitung sejak aku intens  ‘mengenal’ buku, aku telah akrab dengan majalah tumbuh kembang itu sejak usia 6 tahun. Almarhumah mamaku telah berlangganan sejak tahun 1980, sedangkan aku lahir di tahun 1981. Tepatnya sejak edisi tahun 1984 beliau mulai mengumpulkan  dan menyuruh tukang jilid langganannya untuk membuat bundel  Ayahbunda.


Aku masih ingat masa kecil sepulang sekolah atau sambil main di restoran mamaku aku menantikan Ayahbunda edisi terbaru datang , aku langsung membaca bonus anak BUNCIL. Ada cerita si Tongki bebek, Keluarga Sayur, Koko dan Moni yang suka usil dan Moko yang baik hati, juga ceita bergambar serta pelajaran-pelajaran sambil bermain yang kini banyak didapat di PAUD.  
Meskipun kala itu tampilan Ayahbunda masih sederhana, namun jika kubaca lagi saat ini aku salut bahwa  di tahun 80’an, Ayahbunda sudah memperkenalkan banyak ilmu pengasuhan anak yang bermanfaat.

 Begitulah, Ayahbunda menjadi bacaan kami. Mungkin saat kecil kami ( saya dan dua adikku) hanya menikmati bonus anak  Buncil. Tapi seiring waktu  aku mulai membaca banyak pengetahuan tentang tumbuh kembang anak, psikologi, bahkan cerita bersambung  novel  Totto Chan pun kutemukan di Ayahbunda edisi ‘jadul ‘ itu. Uniknya, booklet kecil berisi panduan untuk orangtua yang berisi apa yang harus dilakukan orangtua saat mendampingi anak-anak membaca Buncil. Keren khan?

Lomba dan Kompetisi Kreatif Sudah diperkenalkan Ayahbunda sejak dulu lhoo.Seperti yang ini nih Lomba Resep Makanan Bayi tahun1986! Keren khan??


Kenanganku bersama mama dan Ayahbunda  tak pernah terlupa. Aku ingat sekali, saat usiaku enam tahun.Tepatnya di tahun 1986.Aku berjingkrak melihat foto mama terpampang disalah satu  edisi Ayahbunda. Foto 10 Finalis Lomba Resep Makanan Bayi. Menemani mama ke Jakarta dimasa kecil saat itu begitu berkesan. Aku lupa di gedung mana event itu tapi aku masih sangat ingat mama naik kepanggung, bersama para finalis yang lain. Meskipun tak menjadi juaranya namun mama begitu bahagia. Dikemudian hari, resep makanan ciptaan beliau dari aneka kacang-kacangan ini beliau kembangkan dan beliau ujicobakan pada beberapa bayi prematur disekitar kami  yang mengalami kelambatan tumbuh kembang
Tiga dari 4 anakku masih bisa "menikmati" Bundel tua Ayahbunda
yang  dijilid mulai edisi tahun 1984!
 Majalah Ayahbunda ‘warisan’mama selalu menjadi bacaan yang menyenangkan. Saat aku menginjak SMP aku suka sekali kolom ‘Opini Anak’.Kolom ini kreatif dan unik. Berisi tentang pendapat anak-anak tentang tema-tema tertentu. Kolom ini menurutku sangat mencerdaskan karena melatih anak-anak usia SD kelas empat  sampai enam mengemukakan pendapat. Tema-temanya pun unik. Misal tentang apakah mereka senang dengan nama pemberian orangtua, atau apa alasan mereka menyukai pelajaran favoritnya. Sekali lagi, di tahun 1980-an pun Ayahbunda telah memiliki ide cerdas dan lengkap mengemas kebutuhan wawasan keluarga. 


  Waktu terus berjalan, Ayahbunda ‘warisan’ mama itu setia menemaniku sejak awal menikah. Bundel majalah Ayahbunda tua itu memberiku bekal  bahkan sebelum aku melahirkan anak-anakku. Secara isi bahkan tak jauh berbeda dengan majalah tumbuh kembang saat ini. Tapi aku begitu bangga setiap kali membaca bundel Ayahbunda ‘tua’ itu. Ada kenangan tentang  mamah,seorang ibu yang bersemangat belajar,dan betapa mama begitu telaten mengumpulkan majalah yang tergolong ‘mewah’ di masa kecilku. Bundel tua ayahbunda itu memberiku pelajaran bahwa mengasuh dan mendidik anak tidak bisa semaunya. Bundel tua ayahbunda itu mengingatkanku pada semangat almarhumah mamaku mengasuh kami.
         
 Kini aku telah memiliki empat orang anak yang lucu, sehat dan cerdas. Memang aku tak lagi berlangganan edisi cetak Ayahbunda karena zaman ‘online’ telah memudahkan segalanya. Sambil  mengasuh anak-anak, aktif di LSM Perempuan dan Anak, membuat artikel dan buku serta mengelola usaha rumahan , aku tetap setia dengan website Ayahbunda yang memberiku banyak informasi tentangpengasuhan anak dan kesehatan keluarga. Pun begitu, bundel majalah  tua warisan mama  masih setia kubaca, bahkan anak-anakku masih bisa menikmati cerita Buncil didalamnya, mewarnai dan belajar dari majalah tua itu. Kepada mereka aku berkata “ Kita rawat majalah ini ya, karena ini hadiah dari Nani (nenek) agar Umi pintar mengasuh kalian”. Terimakasih Ayahbunda, telah menjadi jembatan rindu dan cinta keluarga kami.Semoga selalu menginspirasi  keluarga Indonesia.

tulisan ini disertakan dalam kompetisi blog Ayahbunda.



1 komentar:

  1. akhirnya ngeliat juga koleksi Ayah Bunda yang disebut-sebut di buku Bukan Sepasang Malaikat :)

    BalasHapus