Mudik lebaran tahun ini saya berusaha menuliskan beberapa catatan perjalanan atau kejadian-kejadian unik yang coba saya rekam selama mudik ke kota suami : Kudus. Semoga menjadi catatan inspiratif. Siang itu kami sekeluarga bersama kakak-kakak ipar, ponakan dan mertua bermaksud mengunjungi salah satu kerabat di daerah Demakan. Karena yang dicari ternyata tak ada dirumah, maka kami putuskan untuk istirahat di masjid Agung Kudus, dan makan siang diluar.
Masjid agung Kudus sendiri bagi saya punya kenangan, ditempat itu saya dan keluarga besar mampir transit untuk berbenah dan merapikan diri saat pertama kali saya diunduh mantu dirumah mertua. hehe. Begitulah, selain bernostalgia, saya selalu senang menikmati tempat wudhu yang bersih, kamar mandi yang bersih, dan ‘celupan kaki’ khas masjid-masjid tradisional di Jawa. Tempat wudhu dan kamarmandi bersih dengan air berlimpah juga saya temukan di masjid Agung purwodadi (meskipun lebih kecil). Naik ke lantai dua, kita bisa menikmati suasana sholat khusus putri yang nyaman dan luas. Meskipun saya masih selalu berharap, di masjid-masjid kita mukenanya bisa terawat rapi ya! Tempat sholat dilantai atas itulah yang biasanya digunakan para ibu dan remaja putri untuk ‘merapikan make up’ dan penampilan hehe.
Usai sholat kami sekeluarga bersantai di lantai bawah. Bersama para pemudik dan pengunjung kudus dari luar kota kami minikmati lantai dingin masjid yang sejuk. Anak-anak gembira, bayi kami dan beberapa balita merangkak bebas. Tiba saat pulang, rasa haus tak lagi berkompromi. Saya awalnya tidak ngeh kalau disebuah sudut sebelum kamar mandi, ternyata ada lemari pendingin dengan beraneka macam minuman (soft drink) mulai dari air mineral, minuman isotonik, dan sari buah. Mulai harga 2000 rupiah sampai 6000. Kami sempat mencari penjualnya, sebelum akhirnya kami temukan tulisan “ masukkan uang pas kedalam kotak infaq” dan tempat sedotan diatas meja. Harga minuman memang ‘didesain’ tanpa uang kembali alias uang pas dan gampang nge-pasinnya hehe. Ibu mertua saya pun berkomentar bahwa beberapa toko di Makkah juga sudah begitu. Hmm... saya termasuk yang salut dengan upaya-upaya menciptakan karakter jujur melalui ‘kantin jujur’ seperti ini. Apakah tu di sekolah, di kantor, apa lagi ditempat orang-orang jelas menunaikan kewajiban sholat seperti ini. Memang, kita tidak bisa menjamin semua orang bisa jujur atau ‘tidak lupa’ memasukkan uang ke kotak infaq. Tapi, kebesaran tekad penyelenggara kantin jujur patut dihargai dan bagi para pembeli, sesungguhnya karakter jujur sangat dekat dengan rasa ‘malu’ dan rasa diawasi oleh Allah. Semoga upaya-upaya menyemai mentalitas jujur makin subur disekitar kita. Salam inspiratif!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar