Minggu, 04 Juli 2010

Pelajar Islam Indonesia : Sebuah Cerita tentang tempat Bermula

Kusempatkan menulis ini. Ini tulisan sederhana, tentang sebuah tempat dimana saya menemukan sesuatu yang berbeda, diusia belia, 17 tahun. Tentang sebuah tempat yang banyak ‘tetua’ dan tokoh negri ini telah terlebih dahulu merasakan ruh bangkitnya. tentang sebuah tempat dimana setidaknya untuk saya sampai hari ini, bisa merasakan hawa kebebasan berpikir, kegelisahan untuk terus berproses, dan cikal dari saya memahami bahwa kesempurnaan pemahaman Islam adalah amal, toleransi, pergerakan, dakwah dan kesederhanaan. Ingat... ini bukan sebuah ‘kefanatikan’, ini hanya MENURUT saya. Yang mungkin sedikit melankolis sebab bertumbuhnya semangat saya tidak lepas dari tempat ini. Ya, ini hanya sebuah tulisan tanda terimakasih seorang kader yang tak ingin lupa pada kulitnya, seperti apapun ia sekarang, meski kadang tak lagi dapat bersua..... mari kukenalkan tempat itu

BATRA SOLO 1998
Saat itu aku berusia 17 tahun tepatnya kelas dua SMU. Jenuh saya melihat teman-teman saya yang begitu-begitu saja. Sekolah, nilai, ulangan, OSIS , majalah sekolah, beruntung saat itu saya sudah tidak tinggal di asrama sekolah saya.. Sampai suatu saat, seorang teman saya mengajak saya ke sebuah training pelajar. Hmmm Boleh juga, batin saya. Saat itu rasanya biasa saja. Sebelumnya, saya pernah mendengar kata PII, dan sempat ingin bergabung namun selalu tak sampai. saat itu bulan ramadhan.

Aku mengikuti sebuah training berbeda, ini bukan sebuah pesantreen kilat.Bukan. Ini lebih hebat. Itulah awal aku dan segala kegelisahanku menuntunku ke tempat training : Gedung Islamic Center DDII Pabelan kartasura. hahaha... dasar aku, perjalanan yang dulu sudah kuanggap ‘jauh’ dari rumahku itu kulampaui dengan bis kota tepat ditepi jalan raya. Dan anehnya aku dan seorang sahabat terbaikku (izinkan aku memanggilnya Yunda, panggilan ‘asing’ yang akhirnya biasa kudengar di sana, maknanya akrab dan sederhana) namanya Ayun ehm..Yunda Ayun Nurul Maqbullah Dahlan. Senja kami sampai ke gedung itu.

Nuansa berbeda segera kurasa. Aku menemukan para ‘mbak2’ berjilbab lebar, bergamis, tersenyum ramah menyapaku yang kala itu masih bercelana panjang dan berhem lengan panjang pokoknya ‘pii’ banget deh (yang ini plesetan, yang kepanjangannya menjadi ‘pelajar imut imut’). Tak ada tatapan 'aneh', tak ada justifikasi, semua ramah, sederhana.Saya segera mendapat teman-teman baru, baik yang telah lama bergabung, maupun yang baru saya kenal. Izinkan saya menyebutkan mereka yang banyak berjasa menjadi teman belajar saya : Almira dan kakaknya Iin Hasanah, Ayun, Ulfa Diena, Ellen, fatimah Zahriyah, Kartini, Kak Inoki, Cak Narto, Kak Hanang, Yu Isti, Yu Sri, Mbak yayuk, Kang Jazin, Yu Efi, Kang Ridho, Kang Iqbal, Ridho Amiruddin, Mukti Imawan, Mbak Isma) dan entah berapa orang lagi yang kami kenal.

Unik. Training itu bernama Basic Training (BATRA), training keanggotaan awal yang selama sepekan saya merasa terkesan. Sampai hari ini, saya belum menemukan training pelajar yang sedemikian ‘mencandu’(ini meniru teman training Intermediate PII yang saya ikuti di Bekasi tahun 2001, katanya training PII itu candu. Waduh dan memang benar). Di PII, basic trainingnya kereeen!!! Pelajar yang ikut dijamin bakal ‘pinter’! gimana enggak?? Kami yang masih sekul itu, yang minimal kelas 3 SMP sudah diajarkan bagaimana materi-materi tentang Aqidah, Dienul Islam, Ibadah, wawasan Islam, Komunikasi, Ideologi2 Dunia, dan banyak lgi deh. Dan hebatnya lagi para instruktur kami sama sekali tidak pernah ‘memaksa’. Mereka memberi ‘pancingan’ dengan materi awal, kemudian mereka memancing pemahaman2 awal kami. Target di basic training sampai dengan hari ketiga adalah :enjoy your local, ukhuwah, mengikuti training sampai selesai dan dapat berkomunikasi dan mengeluarkan pendapat! di hari ketiga, kami dari 4 kelas (local) dikelompokkan menjadi tiga kelompok untuk local change. Upper untuk yang memiliki keberanian berpendapat tinggi, wawasan yang lumayn, dan berani BICARA, Middle untuk yang ‘biasa saja’, mau bicara namun harus ditunjuk, dsb. Dan Lower untuk yang benar2 pasif. dan hebatnya, di masing2 kriteria itu nantinya ada ‘PERUBAHAN POSITIF’ saat kembali ke lokal semula. Yang upper semakin bagus, yang midle jadi lebih upper, dan yang lower lumayan percaya diri. Wuuuuuiiiiih keren dah!

Sepulang dari Batra, semangat saya besaar sekali. Dan ini hebatnya -lagi- selama tujuh hari, kami alumni batra disuruh pulang ke daerah masing-masing (kalau beragam daerah) dan mebuat ‘proyek dakwah’ di PII Daerah. Subhanallah. Saat itu saya kelas dua SMU! Sejak hari itu, saya justru banyak ‘ngetem’ di sekertariat PII di Gedung Umat Islam Kartopuran, Solo. Bertemu dengan pelajar-pelajar Islam dari sekolah yang berbeda. Bahkan kami justru sangat menikmati pertemanan daripada dengan teman sekolah kami. Belajar bersama, membuat kajian-akajian dan kursus untuk pelajar. Luar biasa, kalau kini biasanya aktivis bermula di kampus, di PII kecil2 udah trainer !hehehe

INTRA 2001
Singkat cerita, saya ikut Intermediate training di Bekasi, tepatnya di desa Ujung Harapan hhee. lagi-lagi saya mendapat banyak manfaat. Saya menemukan lagi nuansa ‘kesedrhanaan’. Saat itu kami berdelapan dari solo, dengan semangat ngebis, dan ‘ditampung’ di markas PB PII di Menteng. Pfff…..capek juga. malam kami harus wawancara, mempresentasikan makalah yang harus kami buat. Tas yang kami bawapun 2 macam. satu tas berisi baju, dan satu tas berisi buku2 yang wajib kami bawa untuk ‘perpustakaan’ kelas /lokal yang semua bisa saling baca. Hebat kan??? Teman s\termuda saat itu baru kelas 2 SMU tapi cerdasnya luar biasa. Sungguh di PII tidak ada sekat usia saat kita sudah ‘belajar’ dan berproses. Tujuh hari yang mencerahkan. Kami turun kemasyarakat. Target Intra di PII adalah kita dapat MENULIS kan apa yang kita pikirkan dan menuliskan apa yang menjadi pemikiran kiat. (Batra Mengungkapkan, intra menuliskan)

ADVANCED dan PELATIHAN INSTRUKTUR
Saya mengikuti advanced training di Semarang. Waaah tempatnya saya lupa. Tapi seingat saya saya baru sampai dilokasi pukul 10 malam pakai macet lagi di Salatiga! saya sempat heran sampai sekarang kenapa kok ya mau-maunya sampai ketempat yang begitu asing, naik turun bis...

di Advanced kami hanya sekitar 5 hari kalau tidak salah, target nya sudah lebih ‘mature’ kita harus membuat proyek untuk dakwah pelajar secara luas. Kita membuat polling, masih saya ingat berkeliling antara tugu Muda, Lawang sewu, mampir ke SMU Don Bosco, cari-cari pelajar untuk wawncara. Naik turun angkot dan bis di sekitar Semarang , banyak teman seingat saya sekelompok dengan Yu Iin dari kendal. Sungguh saya tidak tau bagaimana saya bisa meluakan sebuah kesan itu.

Pelatihan Instruktur kami ikuti bersambung setelah Advanced. Mumpung pas diadakan bareng. Di PI (pelatihan Instruktur) kami ditraining bagaimana menganalisis ‘input’ atau potensi awal dan riwayat para peserta, kemudian menentukan ‘kurikulum materi dan semua metode penyampaianannya sampai mentargetkan output.Luar biasa!!!! Jujur, untuk ukuran pelajar, training di PII sangat ideologis, penuh skill dan wawasan yang luas. Mungkin saya tidak bisa memaparkannya tapi sungguh, ada kerinduan merangkum kembali training PII agar bisa dinikmati banyak aktivis pelajar.

Penutup
Saat saya OSPEK, seorang kakak tingkat saya di Fakultas Hukum UNS , anak GMNI bilang begini : “ Heh, kamu pasti anak PII yo? Anak buahe Yayuk tho? (Yunda Rahayu, sekarang beliau di Depkeh, dulu beliau aktif di PD PT PII Solo, bendahara Dewan Mahasiswa saat saya baru masuk sebagai mahasiswa FHUNS 1999) .” Iya, saya anak PII…” maklum mahasiswa baru “Kok tau ya kalau saya PII” batin saya. ternyata menurut kakak tingkat saya itu anak PII khas gitu looh hehe gak tau apanya mungkin ‘ngeyelnya’ ya atau gak tau apanya
Yang jelas sampai hari ini saya tidak bisa melupakan tempat bermula saya itu. Saya ingat ayah saya sering mengatakan bahwa saya boleh berorganisasi , berpolitik, apapun dan dimanapun saya memilih untuk berkiprah, agar saya mengerti persoalan, belajar berkomunikasi dan menghargai perbedaan. Satu hal , saya memang mungkin sangat terkesan dengan format training pelajar di PII dan saya masih punya kerinduan menularkan ‘esensinya’ pada semua teman pelajar di kampus, di sekolah-sekolah agar training , up grading pengurus, ataupun pesantren kilat bukan saja sebuah ‘acra meninap’ atau rutinitas tahunan sebuah organisasi, tetapi punya ruh perubahan.
Selamat harba PII ke 63, semoga kita dapat berbuat banyak untuk umat, dimanapun kita berada kini. dan semoga PII terus menjadi tempat pembinaan pelajar Islam dengan segala inovasi yang harus terus dikembangkan.Wallahu a’lam bishawwab

1 komentar:

  1. Dari Jauh Sinar Ad'din Mu memancar ohh.. PII !!

    Ass..Wr..Wb..

    Subhaanallah....

    setiap hari, setiap ada kesempatan saya selalu saja melihat-lihat info mengenai PII..
    yah.. browsing sana-sini.. terutama di FB.

    setiap membaca komentar2 atau posting2 menimbulkan ledakan-ledakan semangat di diri saya.. kembali mengingat Pergrakan saya bersama rekan2 dahulu..

    Apa lagi setelah Melihat cerita ( History ) dari Yunda..
    Menimbulakan Rasa iri yg teramat sangat Dalam buat saya.. T_T
    Tarinig yang Yunda Ikuti Sudah Sedemikian Jauhhhnya.. !!

    Saya sangat menyayangkan dulu saya fakum dari PII demi mengejar Nilai UAN yg betul2 harus harus saya capai karena ORTU ingin sekali anaknya dapat nilai 8.
    Yah.. Itu memang bisa saya Capai.. !!

    Tapi saya kehilangan semangat dan Cita2 PII dari diri saya..
    karena pada saat kepengurusan PD PII di amanahkan pada angkatan saya.. eh,, malah FAKUM..Kum.. total.

    yah.. mungkin jg tingkatan training saya masih di LBT saat itu.. !!
    Jadi masih kurang Pengalaman & Pergerakan...

    Sampai Saat ini saya hanya Bisa Mebaca sekilas info2 mengenai PII yg sudah beradi di Internet..

    Oleh Karena Itu sering2 Posting Mengenai Berita PII di SOLO ya Yunda Agar Saya Bisa Mengetahuinya dan Bisa Mencertikan kepada Kader2 Muda PII.

    Sukses Selalu Ya Yunda...
    Capai Kesatuan Umat....... !!!!

    BalasHapus