Minggu, 04 Juli 2010

Seperti baju yang dipakai Ibunya temanku ....

Adalah mengamati tingkah polah anak-anak menjadikanku banyak belajar. merenung, mengambil pelajaran. Aku dikaruniai dua putri tertua dengan usia mereka yang belum lagi lima tahun. Izinkan aku memperkenalkan ‘guru-guru’ kecilku itu, sebab dari mereka aku mengambil pelajaran. si sulung bernama KUNI MAURA AHNA, desember tahun ini usianya akan genap 5 tahun. dan si tengah bernama SALMA HANIYYA Oktober tahun ini baru genap 3tahun. Bukannya pamer, anak-anakku memiliki daya serap bahasa yang lumayan bagus. sehingga aku kini lebih berhati-hati ‘memilih’ diksi (pilihan kata) untuk mereka. begitu pula khadimat (prt) yang kuajarkan untuk mulai berhati-hati dalam berkosakata.kali ini aku belajar tentang membahasakan 'adab berpakaian' padanya. Selamat menikmati

Suatu hari, seperti biasa aku menyelesaikan ‘pekerjaan’ku menulis didepan komputer. sambil membersamai mereka main di ruang tengah kontrakan lamaku.Saat itu kalau tidak salah aku tengah mengandung anak ketiga sekitar 5 bulan. Sesekali aku ‘menyahut’ saat mereka bermain peran. begitulah. aku tau, banyak cara orangtua menemani anaknya bermain, termasuk ‘nyambi’ ngetik.Kujadikan diriku sesuai peran yang mereka inginkan. Hari itu aku diberi peran oleh Kakak Maura sebagai ‘petugas dibank,karena aku ‘bernegosiasi’ untuk tetap didepan komputer .

“ Ya wes, kalo Umi Vida mau tetep ngetik, umi jadi mbak yang kerja di Luwes apa di bank ya Mi’?” katanya
“Oke-oke, umi mauuuuu” kataku bersemangat

Mulailah mereka mengacak rumah. Maen Rumah2an. mengatur kursi seumpama kamar, mengatur sofa yang mereka bilang ‘mobil’ dan menggelar semua kain2 disepanjang ruang tamu. Kubiarkan. Pembantuku yang sudah mulai ‘menyemprit dan melarang’ kubisiki
“ biarkan dulu lah mbak, nanti kita ajak bersihkan, oke mbak? maaf ya” hehe

Tibalah si mamah Maura akan mengajak pergi anaknya ‘haniyya’ untuk kondangan. tiba-tiba ia muncul dengan penampilan ‘luarbiasa’. bibirnya di olesi spidol merah! dan tiba-tiba ia teriak
“Umiiiii, pake’in baju ini lho... “ katanya dari dalam kamar
Ha???!!!!! aku heran, kaget, campur geli
“Kenapa bibirnya, bu Maura? kok pada merah gitu sih?”aku agak kaget
“Umi sih, gak pernah pake liftik, Yangti Lia (tante suamiku) dan Mbah Uti (ibu mertuaku) kalau mau pergi itu pake liftik (lipstik maksud dia). Umi aja yang gak punya. semua ibu temanku itu punya lho mi’...”
“oooo......” hanya iitu jawabku. aku tergeli2. kelucuan hari itu. baiklah.
“hm…oo gitu ya…tapi kan spidol merah pait, Kak…adek Haniyya juga.Nanti segera dihapus ya?biar kalau makan ndak ketelen.pie?” mereka setuju.Belum selesai…
“nah..sekarang, umi pakekan Maura baju yang ini ya…” aku melihat baju2 yang ia keluarkan. Baju ‘longdres mainnya yang selutut lengan pendek, kaos lengan panjang yang sudah agak ketat (karena dia gemuk) lalu celana panjang, jilbab kecil.
“ Mi, ini bajunya yang kaos panjang didalem, terus luarnya dikasih baju daster ini mi…nah baru pakae celana panjang, jilbabnya ini diiket gini lho mi…” aku hanya ‘melongo’ ck..ck..ck…
“ooh…gitu lha kok bajunya dimodel gitu kenapa nak?”
“Aaah…umi…ini KEREN lho,model gitu looooh-katanya kemayyu- (glek) ini kan kayak ibunya temen2ku mik…pada pake baju pendek, dalemnya kaos ketat gini. Umi sih…bajunya panjang-panjang terus. Gamis ya mi nama bajunya Umi? .Umi juga jilbabnya gitu terus, ibunya temen2ku itu jilbabnya gini lho mi…” Masya Allah….disisi lain aku ta’jub dengan kejeliannya mengamati. Maura memang punya kelebihan dengan pengamatannya terhadap ‘detil’ sesuatu.Bahkan Bunda disekolahnya pernah cerita, dia bisa hafal ‘tari aceh’ hanya dengan tiap hari melihat kelas anak-anak yg lebih besar melakukannya. Tapi disisi lain…aku mendapat pelajaran tentang betapa perlunya anak-anak kita melihat figur yang benar, baik dalam berpakaian, bertutur.

Memang, kita tak boleh reaktif. Pengamatan anak, peniruan-peniruan mereka adalah sebuah indikasi kecerdasan. Ekspresi mereka terhadap sesuatu lahir dari ruang pikir mereka yang murni. Namun, tugas kita-orangtua dan keluarga- adalah membahasakan prinsip, kebenaran, dan keteguhan dengan cara yang sederhana, manis, namun berkesan dalam dihatinya. Jadilah kumaknai ekspresi sulungku hari itu sebagai sebuah materi MEMBAHASAKAN AURAT dan pakaian yang ‘syar’I’ padanya…

“hhh..mmmm.. Oooo..maura niru mamanya temanmu itu ya (dia sempat menyebut nama temannya yang ibunya berpakaian begitu). Umi juga tau…emang sih banyak yang pakai.Kalau maura mau nyoba pakai begitu boleh saja, karena sekarang maura masih kecil. Tapi kalau maura sudah besar nanti…maura mau kan pahalanya lebih besar lagi dari Allah?”
“Emang kenapa?kalo pakai baju begitu pas udah gede, pahalanya dikit?”
“yah...gitu deh... kalau nanti maura udah besar, wah...tubuh maura ini AURAT.., ingat kan aurat? Umi pernah cerita ya? AURAT itu kan mahaaaaal banget apalagi kan ntar kalo gedhe, maura tambah cantik, makanya pakaiannya gak boleh yang ketat-ketat nak, jilbabnya juga.Bajunya orang muslim yang perempuan ya begini, harus longgar dan menutup semua AURAT, ya..karena kan kalo lebih sempurna Allah akan lebih sayang.Gimana?”

“Hmmm. Ya aku tapi mau nyoba pake ini dulu ya Mi? Nanti Aku mau bilang si Chika ah (nama samaran) biar dia bilang sama mamahnya, bajunya yang longgar, menutup AURAT biar gak malu dan disayang Allah.Gitu yaMi?. baju begini kan buat anak yang masih kecil..”

“Hehehe....yah boleeeh.....mungkin mamanya Chika belum tau. Ntar pasti mamahnya Chika mau kok pakai baju yang lebih longgar.Tapi Maura bilangnya baik-baik aja ya?”kataku setengah berbisik dan memasang mimik lucu. Dia tersenyum mengangguk. Emang dia tampak 'lucu' tapi biar saja.karena memang untuk anak kecil pakaian begitu 'lucu' dan tidak masalah kan? Kalau kata ibu saya 'belum kena hukum syar'i " hehehe

Pff…..bayangkan moms, bunda, ibu, ayah…bagaimana coba bila kita tadi langsung bilang “ Dosa itu!”, “Pakaian gak Islami”,” atau alaaah…kayak gitu kok ditiru sih???” maka pemahamanitu tak pernah bisa kita sampaikan, iapun akan mudah menjustifikasi seseorang
Memang, sampai hari ini pun ananda ku itu masih meniru cara bicara, gaya, hal-hal yang mungkin membuat kami ‘beristighfar’…tapi biarlah itu menjadi mata pelajaran bagi kita bagaimana membahasakan prinsip. Semoga bermanfaat, tunggu note berikutnya tentang ‘membahasakan’ prinsip pada anak-anak

NB:
note ini dan sejenisnya Insya Allah diposting pula dalam blog penaperempuan.blogspot.com
Silakan share atau mengcopy tapi mohon dicantumkan alamat blog atau penulisnya ini yaa hehe.demi 'hak paten' orisinalitas ide. Maaf dan Terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar