Minggu, 20 Desember 2009

Menyebut Lengkap nama Pasangan

"I love you Robi'ah Al-Adawiyah"...sms itu membuat saya jengah. Diantara hiruk pikuk anak-anak disuatu sore. Sms itu datang sesaat saya 'curhat' pada suami tentang 'kebandelan' anak-anak selama Abi mereka mudik menjenguk mertuaku 2 hari 3 malam ini.Biasa, anak-anak selalu 'menguji kesabaran' terutama jika Abi mereka lebih dari sehari tidak terlihat. Caper gitu..Dan alhamdulillah..sore itu saya lolos (baca : mampu menaklukkan mereka) .he..he..

Kembali ke sms tadi. Mungkin Sederhana.Tapi entah kenapa sms itu menginspirasi saya tentang sesuatu.Menyirapkan perasaan bangga dan PD. Dasar saya, sms yang menurut saya romantis itu tidak saya biarkan begitu saja menjadi 'hanya' konsumsi pribadi karena ternyata ada sebuah 'analisis rasa' yang saya hasilkan.Karena menurut saya ada ibroh dari pernyataan singkat itu. Waduh...

Ya, begitulah. Entah apakah apa yang saya tuliskan ini Anda setujui atau tidak, Anda rasakan atau tidak, tapi satu hal yang sering saya pikirkan bahwa kita terlampau sering 'mengabaikan' panggilan-panggilan sayang, sapaan nama kita. Kita -terutama yang telah berputra- terlanjur menikmati diri kita dipanggil oleh pasangan dengan 'Bunda', 'Ayah', 'Umi', "Abi', 'Bune (heh..he..), mamah, 'Abah' . Atau Abu Maura, Ummu Hania, dan sederet panggilan yang tujuan awalnya 'membahasakan' panggilan itu untuk anak-anak kita. Bahkan, jangan-jangan pasangan kita lupa dengan nama lengkap kita? Nah looo(just kidding) Atau ..kita penganut "apalah arti sebuah nama? Yang jelas semua juga tau dia istriku/suamiku" lha???

Tapi ternyata, sesekali menyebutkan nama pasangan kita dengan nama lengkapnya, memberikan sebuah kesan tersendiri. Setidaknya itu yang saya rasakan dan mungkin Anda bisa juga mencobanya. Dengan menyebutkan nama pasangan Anda seperti dalam contoh sms diatas atau dalam panggilan khas yang kita peruntukkan padanya, akan membuat pasangan kita -terutama mungkin para istri- merasa dicintai sebagai DIRINYA SENDIRI. bukan sebagai ibu atau ayah anak-anak Anda. Kadang itu perlu. Hal itu meneguhkan perasaan kita dan perasaannya. Seperti halnya mencoba meluangkan waktu 'berdua', mengungkapkan perasaan Anda bahwa Anda mencintainya sebagai seorang perempuan atau laki-laki menurut saya dapat membesarkan hatinya. Sebab kadang seorang individu tetap ingin dihargai sebagai DIRI SENDIRI.

Hiruk pikuk rumahtangga, kewajiban mengasuh anak-anak,kesibukan ditempat kerja, kadang melupakan kita akan hal-hal kecil bermakna besar. Mungkin termasuk mengekspresikan bahwa Anda mencintai seorang laki-laki atau perempuan bernama :................. yang menyebut / disebut namanya disaat akad nikah beberapa waktu yang lalu membuat Anda tergetar! Yang selama ini mendampingi Anda.
Ini hanya catatan kecil, tapi mungkin kita bisa memulai untuk tidak 'jaim' dan merasa 'untuk apa melakukannya?' hanya karena kita telah lama menikah.Ya, bukankah salah satu tanda cinta terhadap sesuatu adalah menyebutkan nama 'kekasih' kita dengan mantap dan tulus? Wallahu a'lam bishawwab...

1 komentar:

  1. hmmm... nice article, mb Vida.
    memang dalam pernikahan itu 'humanisme' benar2 harus diperhatikan ya? :-)

    BalasHapus