Ini catatan penutup bulan Januari. Maaf baru di posting. Dua pekan terakhir KPPA Benih diminta mengisi ’Seminar Kampung’ di dua kampung . Pertama di Kampung Dhewutan Semanggi, Pasarkliwon bekerjasama dengan Pos Wanita Keadilan ’Seruni’ dan di Kampung Jayengan, Serengan yang bekerja sama dengan PKBM Cahaya Hikmah. Lalu pekan terakhir kemarin, mengisi kajian wali murid di TKIT Permata Hati Jebres. Tema yang menjadi judul diatas sengaja kami pakai untuk ’mengawali’ perkenalan dengan KPPA Benih yang memang pada tahun ini memfokuskan pada perintisan BENIH Parenting Center dengan kegiatan ’Seminar Kampung’ dan Sekolah Ibu Mengasuh Anak di Kampung (SIMAK) dan parenting course.
Kegiatan-kegiatan tersebut sebagai upaya ’jemput bola’ untuk memberikan ilmu pada orangtua dan semua elemen pengasuhan anak dengan kualitas baik namun tidak mahal dan agar mereka tak harus ikut seminar mahal, hehe. Sebagai follow up, biasanya setelah seminar dengan tajuk diatas, kami akan membuat klub-klub parenting untuk ibu-ibu kampung, wali murid, guru-guru TK-SD dengan tema-tema seputar pengasuhan anak, kesadaran nutrisi, tumbuh kembang, bahkan tema ’romantis’ untuk suami istri. Baik ini ringkasan materinya, dari power poin kami tuliskan kembali ke bentuk makalah, semoga bermanfaat!
******
SESI Prolog: Anak Kita Nakal?
Anak-anak adalah sumber belajar yang sebenarnya menakjubkan. Dari kepolosan mereka sebenarnya kita belajar satu demi satu cara mendidik mereka. Sayangnya, kekurangan amunisi sabar dan seringnya kita memiliki sifat ’sumbu pendek’ menjadikan kita dan orang-orang disekitar kita mudah memberi label ’nakal’ pada semua ketidaktaatan, ketidaktepatan anak-anak kita dalam mengikuti apa yang kita mau atau aturan-aturan.
Parahnya, kita sering menggunakan cara-cara yang justru membuat potensi membangkang anak semakin besar. Dari beberapa peserta seminar sempat tersenyum-senyum saat cara-cara yang diduga dapat ’menghentikan kenakaln’ itu kami sebutkan bersama-sama. Jawabannya :njiwit, nyiwel, mukul, menjambak, mencaci adalah jamak. Meluapkan kekesalan dengan cara ’umum’ itu kata sebagian orangtua menjadikan mereka lega. Olala...
Ternyata kita tidak akan mendapatkan ketaatan permanen dengan cara itu. Alih-alaih anak jadi baik, mereka justru semakin mengulang dan lebih pede dengan segala pembangkanganmereka. Tentu saja, karena rasa marah dan perilaku kekerasan kita mengaktifkan ’otak reptil’ mereka yang bersifat agresif dan melawan saat menerima perilaku ’kasar’ dan keras. Jadi Bagaimana sebaiknya? Ternyata mendidik anak-anak dimulai dari merubah perilaku kita, orangtuanya. Menggabungkan ketiga potensi sih, Asuh dan Asah agar efektif dan siap hidup dizaman mereka. Ya, sebab anak kita harus hidup menjadi pribadi yang imun, bukan steril dari segalanya. Kita yang harus menyiapkannya. Ya, kitalah: orangtuanya
SESI MATERI INTI
1. Orang tua Pengasih
Kasih sayang adalah basic dari pengasuhan. Modal naluri keibuan , keayahan, cukuplah menjadikan kita tidak semena-eman pada anak. Seperti yang kami kutip dari buku Anaka Saya Tidak Nakal, Kok! ditulis oleh dr. Zulaehah Hidayati, menyadari bahwa anak adalah anugrah menjadikan kita mampu memiliki energi kasih sayang yang akan membantu kita untuk melakukan yang terbaik dan benar untuk anak-anak kita
Pun demikian, kasih saya yang bagaimana yang harus kita berikan? Kasih saya yang seimbang dan adil. Kasih sayang yang tidak buta, tentunya. Menjadi orangtua pengasih adalah menjadi orangtua yang mampu menyelami dunia anak-anak yang lembut dan murni. Menjadi orangtua pengasih yang adil adalah orangtua yang menegerti tahapan kasih sayang dan ’porsinya’. Saya contohkan, kasih sayang yang adil adalah kasih sayang yang tetap mengenalkan pada anak apa yang harus diketahuinya, benar dan salah. Saat mereka masih bergantung pada kita (periode hamil-menyusi-sampai usia 2 tahun) mungkin kita masih ’mengasih’ mereka dengan membantu segalanya, tapi orangtua pengasih yang ’adil’ dia tetap membiarkan anaknya mengalami tahapan usianya dengan terkadang ’membiarkan’ anaknya memiliki pengalaman untuk bertumbuh
2. Orangtua Pengasuh
Kasih sayang yang adil itu harus disertai dengan pengasuhan yang benar. pola asuh yang penuh dengan hal-hal traumastis ( menjewer, memukul, membentak, merendahkan harga diri, melecehkan pilihan ) bukan lagi menjadi pilihan cara yang benar. Kasih sayang tanpa disertai dengan pola asuh yang benar dan disertaii ilmu pengasuhan hanya kaan menggiring pada salah asuhan. Pada poin ini selain poin merubah pola pengasuhan yang salah, ada dua hal yang ingin kami sampaikan pada peserta sebagai upaya kami mengkampanyekan pengasuhan berbasis ilmu dan spiritual
• Mengembalikan Peran-peran Pengasuhan pada ORANG TUA
Modernitas dan tuntutan kebutuhan menjadikan para ibu terpaksa harus keluar rumah.Mnecari tambahan penghasilan. Saya tidak mau gegabah menyalahkan dan menghakimi. Kenyataannya banyak para orangtua baik sengaja maupun terpakasa harus menyerahkan peran-peran pengasuhan anak-anak mereka pada keluraga besar (kakek, nenek), pembantu/baby sitter, dan penitipan anak.
Namun, taukah Anda bahwa dampaknya begitu besar bagi kedisiplinan dan pola anak ke depan? Apalagi jika kita menyerahkan bulat-bulat tanpa pola, tanpa evaluasi dan cek ricek. Beberapa masalah yang kami temui saat mengisi sharing PMOG atau wali murid, biasanya-maaf- anak bermasalah lahir dari orangtua yang terlalu sibuk, tanpa kontrol, dan orangtua cuek yang selalu tidak punya waktu untuk sekedar duduk benrsaa bertemu untuk membahas maslaah anak2 mereka disekolah.
Saya justru merasa kasihan terhadap para nenek yang –meskipun senang mengasuh cucu- namun menjadi bumerang karena seorang nenek/kakek biasanya sangat protektif dan memenuhi segala ingin sang anak. Seorang bapak mengeluh bahwa setelah seharian anaknya dititipkan ke embah , maka dimalam hari sang anak selalu ingin tidur larut demi bersama orangtuanya.Akibat selanjutnya? anaknya tidak mau bangun pagi, malas sekolah dan orangtua kalangkabut karena harus cepat masuk kerja. Olalal... bukankah itu karena berawal dari sedikitnya waktu bertemu? Anak-anak yang rindu, orangtua yang sealu berdalih :cari uang untuk kebutuhan
• Mengkondisikan Komponen Pengasuhan (Keluarga besar, sekolah, lingkungan sekitar) untuk mengetahui pola pengasuhan yang benar
memang, kita tak bisa lagi menghindai kondisi bergaul dan berbauratau tak lagi bisa menghjindari menitipkan anak-anak kita pada orangtua /embah, atau tempat penitipan. Namun, kami menghimbau bahwa orangtua dan semua elemen pengasuhan harus memiliki standar untuk mengasuh anaknya. Misal, jika memang dirumah aturan makan snack hanya setelah makan besar, ya tepatilah itu dimanapun
Keluarga besar, sekolah dan lingkungan harus memiliki ilmu tentang pengasuhan anak. Pengalaman saya memulai kampanye pengasuhan anak yang benar bermula karena saya merasa menjadi ’korban’ dari pola asuh yang salah dari orangtua teman anak saya (bingung kan? hehe). Anak saya tiba-tiba sangta mahir memukul dan berlaku kasar. Usut punya usut ternyata dia meniru temannya yang selalu jadi ’bos’ disekolah. Ternyat, lagi, si anak ditinggalkan ibunya hanya diasuh oleh nenek dan ayanya yang gemar sekali emmukul dan berlaku kasar. sang anak yang tak kuasa melawan, memuntahkan segala amarahnya pada teman-teman disekolah. Begitu selanjutnya sampailah anak saya yang tak bisa membalas, melampiaskannya pada adik, pembantu, dan saya.
Itulah mengapa saya merasa penting bahwa pengasuhan itu perlu ilmu. Kuncinya pada ATURAN yang jelas, Konsisten, adil, istiqomah, mengenalkan anak sedini mungkin pada akbat dan konsekuensi dari perbuatannya. dan satu lagi bahwa ilmu parenting BUKAN menjadikan anak kita seperti malaikat kecil yang sellau manis. Ilmu parenting adalah bekal untuk kita, orangtua agar lebih benar mengasuh anak dan lebih pengasih.
3. Orangtua Pengasah
Poin ketiga tentang orangtua efektif masa depan adalah orangtua peng ASAH. Rasa kasih dan pola asuh yang benar makin lengkap dengan kemampuan orangtua mengasah potensi dan tabiat baik. Modalnya : titen, telaten, hati-hati. Mengamati potensi anak-anak menjadikan kita dapat mengasah mereka menjadi anak-anak yang terampil
Tujuan jangka panjang dari mendidik adalah: menjadikan anak-anak kita terampil, mandiri dan mampu hidup di zamannya, mampu menghargai dirinya dan potensinya. Orangtua pengasah tidak pernah jeleh atau bosan mengamati dan menjadi teman belajar. Tidak mencela dan selalu ingin tau apa dibalik kebiasaan anak-anaknya. Kecenderungan negatif mampu diatasinya sedini mungkin dan kecenderungan positif anak mampu diolahnya menjadi sebuah potensi hebat dan bekal untuk tetap eksis. Bekal spiritual menjadi landasan utama sebab orang beriman akan menjadi pribadi yang optimis
Mengasah juga berarti melihat dengan adil dan bijak. Mendampingi dan tidak enggan berkomunikasi. Orangtua pengasah mampu menjadikan anak-anaknya sahabat dan menjadikan anak-anaknya kembali padanya untuk meminta suluh dan tempat bertanya yang memajukan.
SESI PENUTUP
Investasi kenangan Manis
Apa yang kita kenang dari orangtua kita? Kebaikan dan masa kecil manis apa yang kita ingat dari mereka? Sejauh mana kenangan itu mempengaruhi kita? kalau saya, ingat benar disuatu hari mama saya membuatkan saya dan adik saya (kami saat itu masih SD) manisan susu dari susu murni dan tepung serta kacang kismis dan kenari. Manisan susu itu dibuat bulat-bulat dan diantar sendiri oleh mama ke sekolah. Saat itu mama berkata ”mama kangen kalian”. Ternyata itu menjadi ingatan luara biasa.
Pun saat saya beranjak dewasa, mamah membelai ujung rambut saya sampai kaki dan mengatakan pada saya “Semua tubuhmu ini berharga untukmu dan untuk mamah.jangan sampai kau rusak dengan sia-sia. Tutupilah karena ini berharga. Lihatlah makanan itu, ia tidak tertutup makanya banyak lalat yang menclok (hinggap). Lihatlah perhiasan itu yang berharga dan selalu ada di tempat yang aman” Dari sanalah saya belajar menutup aurat. Saya belajar mempertahankan prinsipi, saya belajar percaya diri sebab ibu saya, ayah saya sangat mempercayai anak-anaknya.
Ayah, ibu mari kita perbanyak kenangan manis dengan anak-anak kita. sesederhana apapun itu. Maafkan jika saya termasuk yang kurang setuju bahwa kualitas pertemuan bisa menggantikan pertemuan (kuantitas). Mungkin , tapi tidak selalu. Sebab bahasa rindu anak-anak begitu kuat. Kita tidak bisa menjelaskannya dengan angka-angka dan pembelaan bahwa kita bekerja atau apapun untuk masa depan. mereka sudah rindu, yang perlu kita lakukan adalah membalas kerinduan mereka. Saya sangat salut dengan seorang teman yang meskipun sibuk, karena profesi dokternya tapi saya tau car mendidik anaknya sangat baik. Setiap kali ada ‘pertengakarn’ kecil dirumah, atau apapun anaknya selalu menelpon beliau dan ditanggapi dengan baik, sabar dan memberi solusi. Ya, saya tau membersamai di waktu-waktu sibuk kita benar-benar memerlukan kesabaran. Tapi, mari kita yakini itu semua sebagai investasi kenangan
Yakini bahwa kenangan-kenangan manis itu akan membuat anak-anak kita mencintai, menghargai, menghormati, mentaati dan mendoakan kita hingga akhir hayat.
Menjadi Orangtua optimis
Allah menuntun kita untuk berbakti pada orangtua. (QS.Al-Israa’:23 -24). Sikap mulia itu pasti ingin pula kita dapatkan dari anak-anak kita. Ya, tetap optimis meskipun memang sulit dan penuh ujian disetiap fase mendidik anak-anak kita. tapi mari kita optimis dan terus belajar. Dengan siapapun bahkan dari segala polah anak kita kita mendaptkan satu eprsatu mata ajar baru. Mari tetap optimis, mari tetap belajar. Sebab, anak-anak ‘nakal’ tercipta dari kita, sebab anak-anak hebat pun tercipta dari kita. Jadi mari memilih dan bertanggungjawab dengan pilihan itu. Mari kita perbaikai hubungan dengan Allah yang menggenggam hati anak-anak kita. Mari kita perbaiki hubungan dengan suami, istri, keluarga besar , tetangga, guru-guru anak kita, sahabat-sahabat anak kita, sebagai orang-orang yang akn turut mendidik dan menjaga anak kita.Mari belajar lebih benar untuk mengasih, mengasuh dan mengasah diri kita dan anak-anak kita! Salam Inspiratif
Subhanallah mbak vida, saya ingin sekali share dan banyak belajar dari mbak vida mengenai program serupa yang sedang kami rintis kembali, mohon mbak vida respon ke email saya atikah.tholib@gmail.com. saya tunggu ya mbak, jazakillah khair..
BalasHapusinsya Allah atikah... semoga barakah
BalasHapus