Hari Libur. 7 Desember 2010, tepatnya tahun baru 1432 Hijriyah
Sebelum pukul tujuh pagi tadi aku sesegera mungkin menyelesaikan cucian baju. Tante kami sudah datang untuk menjagakan anak-anakku yang tertua. Belum ada asisten. Pukul tujuh aku berjanji dengan dokter anak yang merupakan sahabat keluarga kami, dr. Annang Giri Mulya, Sp.A . Kecemasan akan berat badan Farwah yang tak bertambah dalam sebulan ini membuatku tidak bisa menutup mata. Komentar dari saudara-saudara dan sahabat bahwa Farwah terlihat kurus akhirnya menerbitkan juga rasa gimana gitu. Yah, memang aku bukan penganut gemuk itu sehat. Tapi penurunan berat badan Farwah tetap menjadi perhatianku. Apalagi kali ini disertai panas dan batuk pilek beberapa hari.
Sesampainya dirumah pak Dokter, beliau dan istrinya menyambut kami dengan ramah. Ini dia beberapa poin percakapanku. Mungkin tidak sama persis.
”Apakabar bu?, Yah ini kecemasan seorang ibu” kataku membuka cakap dengan istri sang dokter
”Cobam sini saya periksa lingkar kepala dan beratnya” kata dokter Annang.
”Kamu ramah ya (sambil memangku Farwah).Hmm bagus, lingkar kepala, tingginya juga. Hmmm..beratnya memang kurang bu Vida.” dokter Annang membuka sebuah buku tebal. Lanjutnya,
”ini lho bu, kalau pake standar Amerika ini gizi buruk.. hehe”
”Apa?????!!!! Wah ndak enak nih . Padahal saya usahakan gizinya baik lho Pak.. jadi tersinggung” Dasar saya, ceplas ceplos aja. Sang dokter dan istrinya tertawa
”Ya... kualitasnya oke bu, tapi untuk aktifitas anak yang begini aktif mungkin kuantitasnya perlu ditambah.”
Singkatnya, aku harus mengupayakan 1000 kalori masuk ketubuh Farwah untuk mengejar berat badannya. Sang doketr yang menangkap keenggananku pake susu formula untuk menaikkan berat jagoanku seolah maklum. Dia tidak memaksa.
”Ya, kalau bu Vida mau tetap ASI, dan bikin MP ASI sendiri dan tanpa sufor, kuantitasnya harus ditammbah. Apa mau difoto kopi ni daftar kalori makanan”
”saya punya kok dokter...”
”Dikasih keju bu Vida, cepat kok naiknya” sambung istrinya. Setelah berbincang banyak hal saya pamit. Saya pun langsung meng-sms suami wah gak enak banget kata pak Annang Farwah gizi buruk, kurang kalorinya.Pfff...umi langsung mampir toko nih belanja. Suami saya yang sangat percaya pada saya untuk urusan anak-anak hanya membalas : Ya katanya umi mau nerusin mamah bikin depot makanan bayi, ya harus diuji dulu doong. Subhanallah. Tiap punya cita-cita kok ya Allah langsung memberi saya ’tantangan’.
Sepekan Masa Stress
Sepede-pedenya saya, tetap saja saya merasa kepikiran. Ditambah Farwah yang panasnya seolah tak mau turun juga. Saya segera membeli semua bahan makanan dan mencobakannya pada Farwah. Jujur, saya belum begitu fokus. Mungkin kecapekan, jadi ASI saya menurun kuantitas dan kualitasnya. Mungkin ini, itu semua sebab saya cari. Sayapun bertanya pada sahabat saya seorang spesialis nutrisi katanya : “Kalau gak pake sufor ya agak lama bu naikin beratnya”
Hfff.... suami saya hampir saya menyuruh saya tidak mempertahankan idealisme untuk tidak memberi sufor. Tapi saya bertahan. Saya memilih mengubah pola makan. Dokter Annang pun akhirnya menjawab ‘coba susu formula’ saat saya sms beliau bahwa Farwah enggan makan dan maunya minum. Saya pun diam. Mereka para ahli, apakah iya kalau saya tetep keukeuh? Apakah saya meremehkan mereka? Tidak begitu maksud saya. ya sudahlah, saya pun tetap tidak memberi Farwah sufor. Tentang ini, semoga kapan-kapan saya bisa menuliskannya.
Fase Kesadaran dan Berburu Ilmu
Mungkin ini kali pertama semua orang-yang saya kenal- mengatakan anak saya ’kecil’ dan kebetulannya, ini pas yang laki-laki.hehehe (bias jender nih) . kakak-kakaknya berprofil lumayan ’gemuk’ seusia farwah dan hingga kini. Meskipun saya sebenarnya tidak setuju dengan ’gemuk’ itu sehat. Jujur setelah hari kesepuluh sejak saya begitu cemas, ada sebuah kesadaran bahwa semua sebab sudah saya cari, semuanya, termasuk menyadari kesalahan saya yang sempat ’percaya’ pada pengasuh lama saya yang mengatakan’ sudah makan’ setiap saya tanyakan perihal makan anak-anak terutama saat saya keluar rumah. Ternyata, makanan yang masuk tidak standar jumlahnya.
Akhirnya saya searching banyak hal, saya baca semua buku-buku gizi yang saya punya, bundel Ayahbunda warisan mamah saya, pengetahuan tentang kalori , gizi seimbang, menu variatif, share dengan teman di Facebook, bertanya pada sahabat-sahabt saya yang dokter anak dan ahli gizi, melahap semua ’ilmu’ tentang nutrisi, kebutuhan gizi anak, mencatat setiap makanan yang masuk ke anak beserta banyaknya, mengatur ulang pola makan bayi saya termasuk kakak-kakaknya dengan komitmen 3kali makan dan 2 kali snack (alhamdulillah anak-anak tidak terlalu doyan jajan kecuali dibelikan nenek mereka dan saya coba buatkan makanan selingan sendiri), saya cari semua zat yang katanya ada di sufor, saya substitusi dengan bahan makanan, saya bertahan tidak pakai sufor dan MP ASI instan. Saya turuti nasehat teman untuk pijat bayi teratur yang saya lakukan sendiri, komitmen kembali ’menjemur’ Farwah sambil sarapan. Ini harga sebuah kesadaran, batin saya.
Fase Optimis dan Tawakkal
Saya bukan orang yang bisa beralih haluan. Mungkin ini yang banyak dibilang orang ’kuno’ dan ’kaku’ tentang saya. Setelah sebulan program perbaikan pola makan Farwah, berusaha menaikkan berat badannya say jalani, sayapun selalu optimis. Sepekan setelah fase kesadaran itu, Farwah naik 300gr dan kini dia semakin terlihat sehat diusianya satu tahun. Memang dia tidak ’nampak’ gemuk. Tapi saya selalu optimis anak saya HARUS SEHAT. Mungkin memang perawakan dia berbeda dengan kakak-kakaknya. Saya tidak lagi pusing dengan komentar-komentar ’kuno’ seputar gemuk dan komentar-komentar sinis karena saya enggan memakai sufor.
Alhamdulillah saya semakin bersemangat menjadikan anak-anak saya sadar terhadap kebutuhan gizi mereka. Mereka kini tau bahwa mereka HARUS makan yang bermutu. Mereka kini yang selalu menyemangati saya ”susu segar yes, susu ASI oke, susu formula no! Makan sayur yes, jajan sembarangan no!”. Dan ini lagu gubahan saya untuk mereka (nyanyikan dengan nada Lihat kebunku)
Ini makanku semuanya Indah
ada sayurnya, buah dan lauknya
setiap hari diberikan umi
Masak sendiri semua BERGIZI!
Saya yakin banyak ibu-ibu yang mengalami seperti saya. Tapi yakinlah bahwa setiap suapan yang kita uapayakan sendiri adalah lebih baik meskipun sedikit demi sedikit. Problem anak susah makan, makan yang itu-itu saya, pilih-pilih, ternyata tergantung kesabaran kita dan kemauan kita mengolah bahan makanan. Suapan kita, masakan kita, dekapan kita, do’a- do’a kita untuk kesehatan mereka adalah luar biasa pengaruhnya. Dan BOHONG jika itu bisa digantikan dengan PEDIASURE, SUSTAGEN dan SGM dan entah apa lagi, kecuali jika kita hanya ingin anak kita ’kenyang’. Maafkan saya karena menyebut merk. Tetap Optimis semoga menginspirasi
*just thanks to dua bersaudara dr.Annang Giri Mulya, SpA dan dr.Annta Kern N, Sp.N atas kesabarannya menjawab pertanyaan-pertanyaan dan mohon maaf atas ’kengeyelan’ saya tidak pake sufor hehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar