Senin, 25 April 2011

Visi Memasak!

Judul yang aneh ya? Mungkin. Ini salah satu kalimat suami pada saya suatu hari. Saat saya seharian sepertinya tidak ada ‘tanda-tanda’ untuk memasak. Alias, Cuma beli lauk. Maka beliau bilang “Kayaknya umi nggak punya visi memasak hari ini” Saya bukannya marah, malah senyum senang (dapat judul bagus tuh)Mmm… lalu jadilah itu sebuah judul yang mengingatkan saya awal mula saya justru memiliki ‘visi’ untuk tidak terlalu ‘kesenengen’ saat suami bilang udah kita beli lauk aja.

Bingung? Iya, saya juga. Hihi. Biasa kalu menulis pas gak dapet intro yang manis beginilah akibatnya. Padahal entah kenapa hari ini saya sangat ingin menulis tentang ini, terutama saat  pagi tadi suami saya yang baik hati itu, memudahkan saya untuk ‘tidak usah masak’ hari ini mengingat saya yang agak kurang fit dan asisten tidak  masuk.Oke begini saja kita memulainya…

Saya ini orang yang sangat ‘tahan lapar’. Saya bisa berjam-jam melakukan aktivitas hanya dengan modal wedangan pagi dan snack pagi hari. Sarapan saya tidak teratur, dan mungkin juga ini akibat sugesti dari almarhumah mamah saya bahwa kebutuhan ‘sarapan’ saat kami masih kecil-kecil dahulu, cukup dengan minum susu, roti tawar atau gabin, lalu berangkat sekolah,atau kalau mau ulangan kami juga makan telur setengah matang hihii.dan dengan sugesti seorang ibu saya selalu percaya diri dengan sarapan yang tidak harus nasi itu.

Nah, maslah muncul saat saya menikah. Suami saya seorang yang sangat tertib (mungkin begini pengaruh dibesarkan di keluarga PNS, hihii piss ^_^V ) beliau sangat tertib sarapan pagi jam 7 ! Padahal saudara-saudara… mamah saya sangat hobbi masak dan telaten. Lha, mungkin karena saya yang tahan lapar itulah maka sinyal untuk   memasak saya tidak terlalu kuat saat mahasiswa.

Sampai pada suatu hari, saat suami saya yang merantau di negri orang  dan pulang , mengontrak dan mendapati ternyata istrinya belum terlalu peduli untuk urusan perut (hihi) dengan sangat jujur dan sedikit menyindir (terimaksiiih ya Rab..) suami saya bilang “Umi, kayaknya umi pengen kita semua tahan lapar kayak umi ya?Hm.atau cukup kita beli lauk terus ?” Wha???? Malu saya. Bukannya saya tidak pernah masak, tapi sungguh mungkin memang saat saya awal-awal ngontrak sendiri, saya seperti malas melangkahkan kakii belanja apalagi kalo udah siang, trus masaknya Cuma asal ada sayur, lauk gitu aja (bahkan sambal kesukaan suami saya serig lupa)

Sejak saat itu saya berlatih untuk masak dengan senang hati, apalagi saat anak mulai nambah, kesadaran akan kebutuhan nutrisi mereka membuat saya tidak lagi bisa coba-coba dan asal masak asal ada lauk. Termasuk kehadiran teknologi dikeluarga kami, membuat saya ‘tertantang’ untuk bisa mencoba banyak resep. Visi memasak.Ya, visi menjadikan kita mampu melampaui keterbatasan dan kemalasan. Termasuk malas belanja, malas masak atau mungkin ada yang malas bau amis dan malas menyiangi sayur? (kalau ini nggak banget deh).

Kini saya memasak bukan lagi karena takut dan malu disindir suami, atau kalau dulu saya memasak dengan alakadarnya, kini saya memasak dengan penuh spirit kesadaran (ceiyeee ).Saya memasak bukan karena kewajiban, karena kita memang tidak  wajib masak, tapi wajib memberi makan anak-anak hehee .Nah…apakah kita memberi makan dengan memasak atau njajan, itu pilihan. Dan silakan pilih yang lebih mencerdaskan dan sehat.

Kini saya memasak karena saya peduli. Mungkin saya bisa tahan lapar, toh habis masak juga biasanya malah kenyang.Tapi anak, suami, pembantu? Makanya saya tidak menyerahkan urusan masak pada pembantu agar saya tidak malas.Kini  Saya memasak karena saya tidak mau kelak anak-anak saya terutama yang calon ibu tumbuh menjadi gadis aneh dan sok modern  yang berkata “ah, ngapain masak, ibuku aja tinggal beli, praktis. Ah, aku nggak pernah tuh suruh ke dapur”. Saya kini memasak karena saya ingin anak-anak saya tidak akrab dengan restoran siap saji.Apakah saya dan suami pelit dan gak pernah mengajak mereka makan diluar ?Hehe jangan salah, saya dan suami adalah penikmat traveling kuliner.Tapi visi memasak membuat saya ‘menikmati’ makan diluar dengan merasakan bumbu-bumbunya, dan mencoba memasak makanan yang sama dirumah. Hasilnya? Cukuplah si sulung dan ayahnya bilang ‘enak’ berarti lulus!

Kini saya memasak karena saya ingin anak-anak saya percaya bahwa apa yang disajikan uminya adalah yang terbaik dan sehat. Pernah suatu hari saya coba-coba membuat pizza dengan bahan topping seadanya. Dan tanpa sengaja dua putri saya mengobrol “Umi kita hebat ya kak ya?Umi bisa bikin apa-apa yang kita pengin.Daripada beli”  jawab kakanya “Iya, umi kita pengen kita sehat, hania..Kata Umi  kan semua bisa kita buat sendiri” saya sempat terharu mendengarnya, dan menjadi lebih bersemangat. Ya, saya memasak karena ingin mengasah kreatifitas dan mengajarkan anak-anak hal yang sama. Terakhir, saya memasak karena saya ingin anak-anak saya terbiasa makan apa yang telah dihidangkan, tidak memilih-milih makanan  yang akhirnya menjadikan mereka anak-anak yang sulit makan. Ok, selamat menumbuhkan visi memasak, ya!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar