Selasa, 26 April 2011

Profesional Hingga Akhir!

Beberapa hari lalu saya mendapatkan cerita dari guru ngaji saya, disarikan dari sebuah buku. Cerita yang membuat saya berpikir sampai hari ini tentang …etos kerja, visi, keikhlasan dan sejenisnya. Mari kita simak dahulu cerita itu, kurang lebih  seperti ini…
                Adalah seorang tukang kayu termasyhur disebuah perusahaan property ternama. Ia telah menghabiskan waktunya untuk membuat bangunan dan rumah yang bagus, berkualitas dan setiap oramh terpesona dengan karya-karyanya. Begitupun diperusahaannya, ia menjadi pegawai senior dan berpengalaman. Sampai suatu hari sang tukang ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya karena ingin beristirahat dan menikmati masa ‘tua’nya. Sang pemilik perusahaan merasa sangat kehilangan  namun tetap mengizinkan si tukang kayu andalannya berhenti bekerja.Namun, si bos meminta si tukang kayu mengerjakan satu proyek terakhir, sebuah rumah . si bos memberikan kebebasan si tukang kayu untuk menentukan modelnya, karena ini proyek terakhir. Dengan agak berat hati, si tukang kayu mengerjakan proyek tersebut. Tak seperti biasa, ia memilih bahan yang tidak terlalu bagus kualitasnya, mengerjakan dengan tidak antusias. Singkat kata, rumah proyek terakhir itupun jadilah. Dan si tukang kayu mengatakan pada si bos. Dengan penuh suka cita si bos melihat rumah hasil kerja pegawai terbaiknya itu dan dengan tulus dia berkata “Mulai hari ini, rumah ini milikmu sebagai tanda terimakasih kami atas pekerjaan danloyalitasmu selama ini , terimalah, ini kuncinya” Betapa menyesal si tukang kayu karena ia tidak menyangka bahwa rumah yang dikerjakannya asal-asalan itu justru akan ditempatinya menghabiskan sisa hidupnya. Seandainya ia tau mungkin ia akan lebih baik mengerjakannya, ….
                Kisah itu membuat saya terinspirasi. Bahwa detik-detik akhir adalah penentuan. Bahwa mungkin kita tidak pernah tau kapan kita mendaptkan peluang untuk berbuat baik. Kitalah yang akan membangun rumah kita di dunia, diakherat, kitalah yang akan meretas karier kita sebagai hamba, sebagai ibu, istri, anak, pegawai, majikan, bos dan semua peran-peran kita
                Dalam konteks hamba Allah, Maha Benar Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita berlaku ihsan, sebagai ukuran profesionalitas seorang mukmin.
…..Beritahukan kepadaku tentang Ihsan” Rasulullah menjawab,”Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu.”

                Bersikap professional dan mencoba sempurna dalam segala kewajiban kita ternyata tidak mudah. Sebagai hamba kita lebih sering menuntut hak kita dan melalaikan kewajiba-kewajiban kita pada Allah. Sebagai istri kita lebih sering menuntut pasangan, sebagai orangtua kita sellau meminta anak-anak taat tanpa kita contohkan bagaimana membina kedekatan. Sebagaiapegawai kita sering menerima gaji tanpa bekerja optimal, dan bahkan mangkir di jam-jam mengabdi pada masyarakat. Ah…kisah diatas membuat saya bergidik, seperti apa bangunan rumah masa depan saya dihadapan Allah? Seperti apa bentukan karakter anak-anak saya? Seperti apa saya mengakhiri tugas saya di bumi ini? Bukankah ada sebuah hadits bahwa kita mati sesuai dengan kesibukan dan apa yang kita jalani?
                Bersikap professional hingga akhir menjadikan kita pribadi yang sanggup berdiri tegak disaat yang lain sudah mulai ragu dan enggan. Kita akan menjadi orang-orang yang teguh dalam barisan yang rapih. Sebagaimana Umar Bin Khattab  ra yang membuktikan loyalitas dan sikap profesionalnya dengan kalimat afirmatif yang gagah “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Dan jika hanya ada satu mujahid yang berjuang di medan juang, ITULAH AKU!”
                Sikap professional pula yang akan bisa menjadi salah satu indikasi seberapa kah kita telah ikhlas. Sebab terkadang apa yang kita dapat tidak selalu sesuai dengan harapan kita. Namun orang-orang professional bekerja dan berbuat terkadang tak lagi peduli dengan nilai-nilai nominal. Sikap professional ini melahirkan kepuasan batin. Menyelesaikan sebuah rangkaian pekerjaan dengan sikap terbaik hingga kita menutup hari dan berjumpa dengan hari yang dijajikan. Semoga catatan diakhir hari ini menjadi nasehat untuk diri sendiri. Salam inspiratif!

2 komentar:

  1. “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Dan jika hanya ada satu mujahid yang berjuang di medan juang, ITULAH AKU!”

    Huhuhu bikin merinding bacanya. Memang sudah seharusnya yaa kita mengerahkan kemampuan semaksimal mungkin sampai akhir... Subhanallah!

    *pagi-pagi baca cerita menggugah gini jadi bikin semangat kerja!! Makasih ya mbak :)

    BalasHapus
  2. @keblug : hehehe makasih juga. maaf ya baru koment.selamat yah menang di kartini digital

    BalasHapus