Sabtu, 17 Juli 2010

Aku Sabar Aku Dapat!, Aku Sabar Tetap semangat!



            Hari sekolah sudah dekat. Si Sulung mulai masuk TK A (kecil) setelah sebelumnya dia telah masuk PAUD di dekat rumah. Si tengah mulai masuk PAUD tempat kakaknya dahulu bersekolah. Sengaja kami pisahkan tahun ini karena beberapa pertimbangan salah satunya karena si tengah suka ‘nyusul’ kekelas kakak Maura saat hari mulai siang hehehe.

            Dan cerita ini mengenai... S E PA TU BARU. Kebetulan di sekolah kak Maura yang sekarang ada peraturan bahwa semua siswa harus ‘seragam’ untuk sepatunya. Hitam, tidak boleh ada lampu yang berkedip-kedip, tidak boleh aneh-aneh lah pokoknya. Bagus juga maksudnya agar tidak ada acara pamer-pameran, yang berujung rengekan-rengekan pada orangtua. Mungkin.

            Kebetulan, saya dan suami memang belum menyempatkan membelikan sepatu untuk kakak. toh masih bisa pakai sepatu lama yang memang secara model simple, sepatu model Warior hitam dengan tali. Dan masih bisa dipakai kok kalau talinya dilonggarkan. Selain itu, kami sebenarnya sangat apreciate dengan anak-anak yang tidak pernah terlalu ‘risau’ dengan sepatu baru. Kukatakan dengan jujur bahwa Umi dan Abi Insya Allah akan belikan sepatu tapi belum saat ini. Kalau kalian sabar, pasti dapat yang terbaik. Dan anak-anakpun enjoy, karena semangat sekolah mereka luar biasa.  Si adek Salma malah dengan penuh semangat mengatakan “ Aku pake sepatu kakak yang pink ya kak? kan aku cukup nih” kakaknya menyahut , “Boleh, aku juga pake yang item tali.Aku kan TK ya mi, sekolahku sekarang gak boleh lho pake sepatu warna warni”. Hmm... itulah yang membuatku PD aja belum membelikan sepatu diawal masuk sekolah. Hehe... meskipun, biasaaa emak-emak tetep aja ‘ribut’ nyindir-nyindir sama Abi “kapan ya kita punya waktu nih belikan sepatu buat kakak”hihihihi

            Nah, saudara-saudara. Di hari ketiga sekolah mulailah sebuah ‘pelajaran’ kecil kudapatkan. Tiba-tiba sahabatku yang anaknya satu sekolah dengan si sulung kebetulan menelepon dan diakhir perbincangan kami, ia mengatakan padaku “Eh, bu Vida PR dari guru sekolah Maura udah dibilangin ke njenengan (kamu, ed)? coba deh ditanya hehe. Tadi pas mau pulang gurunya mbisikin dia.Coba deh ditanya” aku menebaknya pasti masalah sepatu karena kemarin si sulung sudah sambil lalu bilang “ Mi, kata buguru aku suruh mbelikan sepatu”. Akhirnya saat kutanya, Maura malah cengar cengir.

            Olalala.....ternyata si guru membisikkan pada anakku “ Dapat PR dari bu Guru ya, bilang sama Umi ya suruh belikan sepatu” akupun sebenarnya jengah. Ah, biasa aja pikirku. Sampai sore harinya kukatakan pad suamiku dan mulailah tema diskusi yang tak kuduga. Begini kata Abinya

“hm.. bersyukur ya Mi, kita punya anak-anak yang tidak patah semangat hanya karena belum dibelikan sepatu. Abi malah berpikir gurunya kurang tepat tuh masak bilang gitu ke anaknya, mestinya ke kita dong” kata suamiku sambil duduk santai menikmati wedangan sore.

“Hmmm..Iya juga ya, kan ada buku penghubung, atau bisa pakae surat, sms atau telpon kita kalau memang itu jadi sesuatu yang penting. Iya ya, Umi nangkep maksud Abi. Coba kalau anak kita mentalnya kecil, minder, pasti udah mogok sekolah ya!” aku merasa ini pelajaran berharga
“ Iyalah, tapi coba, dengan kita kemaren bilang bahwa kita belum bisa belikan sepatu saat ini,anak-anak sudah enjoy.Kita padahal kan sedang masukkan nilai sabar, qona’ah, kepercayaan diri.Gurunya gak ngerti soalnya ya hehehe” .

Maka kupanggil kedua putriku dan kami berbincang
“Maura, sepatu maura itu emang udah sempit banget ya? Tadi bu guru ya yang make’in sepatu?” aku tau sebenarnya talinya yang bikin kadang sepatu terasa sesak
“ Ndak kok mi, mungkin bu guruku itu kurang lebar mi mbukanya, jadi susah”
“ Ooo….atau mungkin disekolah gak ada yang pake sepatu begitu ya. mm… Maura masih bisa sabar kan nunggu Umi dan Abi belikan sepatau? Insya Allah Minggu depan Maura sudah pake sepatu yang hitam dan tidak pake tali seperti yang di peraturan sekolah. Hitam dan tidak bertali”.
“ Iya Mi, gak papa aku sabar kok. Kan kalau sabar kita dapat yang baik kan mi?”
"Iya dan masih banyak anak-anak yang tidak bisa beli sepatu namun mereka tetap semangat belajar, Maura"
“ Aku juga sabal Mi…aku sepatu sandal ya mi? kan aku sekolah bisa pake sepatu kakak” si tengah nimbrung
“ Subhanallah yaaa anak-anak Umi hebat. Abi dan Umi kan selalu tepat janji ya? Kalian percaya kan?”
“ Oooo tentuuu Hahahaa. ” Kata kakak dengan gayanya kemayu meniru presenter cilik di TV

Akhirnya, Sabtu sore kuluangkan waktu bareng suami membelikan sepatu hitam, simple, berperekat, ringan untuk si sulung dan sepatu model sandal untuk si tengah yang memang masih bebas pakai sepatu model apa aja. Sore itu mereka merasa begitu puas. Aku buatkan kalimat afirmatif untuk mereka : Aku Sabar Aku Dapat, Aku Sabar , Tetap Semangat! Kukatakan pada putri-putriku
“ Terimaksih ya anak-anak sabar, Umi senang kalian tetap semangat sekolah, meskipun belum dapat sepatu. Oke yuk kita bareng-bareng bersyukur dan bilang Alhamdulillah, aku dapat sepatu. Aku sabar aku dapat, Aku sabar tetap semangat!”
Jadilah sejak sore kemarin hingga siang ini mereka ‘fashion show’ dengan sepatu masing-masing , dan terus bertanya ‘ini hari apa? besok hari Senin? Aku sudah bisa pakai sepatu baru…” Alhamdulillah Nak!



1 komentar:

  1. Subhanallah umi vida.... Menarik sekali ceritanya. Lalu,Umi tidak memindahkan putrinya ke sekolah baru? Mengingat perlakuan gurunya yang menurut saya kok kurang pas. Seharusnya gurunya bilang langsung ke orangtua nya mengenai sepatu anak, bukan kepada si anak. Guru yang baik harusnya bisa menjaga mental dan mengerti psikis anak didiknya.

    BalasHapus